Social Media

Kisahku Bertemu Murid Gus Dur dalam Perjalanan Pulang

Setelah acara pertemuan kontributor gusdurian.net di Yogyakarta selama tiga hari, pada hari keempat saya kembali pulang ke Serang-Banten dengan menggunakan transportasi kereta api. Tapi sebelum pulang ke Serang, saya transit ke Bintaro untuk menginap di rumah saudara dari Ibu, karena esok harinya saya berencana untuk berkunjung ke UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Singkatnya, setelah semua urusan di UIN Jakarta selesai, saya langsung memesan Gojek menuju Stasiun Pondok Ranji. Setibanya di depan stasiun, saya berencana untuk mencari tempat makan untuk sarapan terlebih dahulu.

Saat saya melangkahkan kaki menuju jalan raya, mata saya langsung tertuju pada warung ketoprak, persis di samping Stasiun Pondok Ranji. Dari kejauhan saya pikir warungnya masih tutup, tapi setelah saya datangi dan berdiri tepat di depan gerobak ketoprak, tiba-tiba ada seorang bapak-bapak paruh baya menghampiri saya, “Mau beli ketoprak, Mbak?” Spontan saya jawab, “Betul, Pak”. Saya bilang pada Si Bapak untuk membuatkan satu porsi ketoprak dan satu cangkir teh tawar hangat.

Setelah satu porsi ketoprak selesai dibuat, Si Bapak menyuguhkannya kepada saya, lalu duduk di kursi yang berhadapan dengan saya.

“Mbak baru datang atau mau pulang?” tanya Si Bapak. “Saya mau pulang, Pak, ke Serang,” jawab saya. “Loh, kok masih pagi udah mau pulang saja? Memangnya kuliahnya sudah selesai?” tanyanya terheran-heran. “Saya bukan mahasiswa, Pak. Saya baru pulang dari Yogyakarta, habis ada kegiatan di sana,” tambah saya. Dia berpikir sesaat, barangkali Si Bapak terheran-heran kok kegiatannya jauh sekali. Saya berusaha menjelaskan kepada Si Bapak bahwa saya terbiasa pergi jauh untuk mengikuti berbagai kegiatan. Si Bapak hanya tersenyum simpul.

Saya mulai membuka obrolan dengan bertanya nama Si Bapak penjual ketoprak. Beliau bernama Pak Darno (56). Sudah hampir 12 tahun Pak Darno berjualan ketoprak. Dari ceritanya, dulu beliau punya 20 karyawan yang tersebar di berbagai tempat di Tangerang Selatan, tetapi saat ini karyawan yang masih bertahan hanya tinggal tiga orang. Usut punya usut, ternyata Pak Darno ini dulu pernah bekerja sebagai pimpinan di salah satu perusahaan milik Korea. Pak Darno bercerita bahwa orang yang menjadikannya pimpinan di perusahaan tersebut adalah gurunya, yaitu Gus Dur.

Sontak saya merasa kaget ketika Pak Darno (56) menyebut nama Gus Dur. Rasa penasaran saya semakin tak terbendung. Saya satu-satunya pembeli pada saat itu, sehingga saya bisa leluasa ngobrol dengan Pak Darno. “Bapak dulu (mondok) pesantren di Tebuireng, Pak?” tanya saya. “Tidak, Mbak, saya dulu sering ikut pengajiannya Gus Dur di Ciganjur,” jelasnya.

Jadi sebenarnya Pak Darno dulu hanya seorang supir di perusahaan Korea tempat ia bekerja. Menurut penjelasan Pak Darno, Gus Durlah yang membuatnya diangkat menjadi pimpinan di perusahaan Korea tersebut. “Yai (Gus Dur) itu ngomong ke bos saya. Saya tidak tahu Gus Dur persisnya ngomong apa, tapi setelah itu saya langsung diangkat jadi pimpinan di perusahaan. Saya itu orang bodoh, Mbak, sedangkan bawahan saya semuanya orang-orang pinter,” lanjutnya.

Ketika saya bertanya apa yang membuat Pak Darno kagum kepada sosok Gus Dur. Pak Darno mengatakan bahwa Gus Dur adalah sosok sederhana dan kata-katanya penuh humor. Jika memberi nasihat bahasanya sangat santai, tapi banyak sekali manfaat yang beliau sampaikan. Gus Dur sering bilang kepadanya hidup ini jangan dibuat sulit, nikmatin saja. Dan teruslah ber-husnudzhon (berbaik sangka) kepada Gusti Allah, maka Allah akan memudahkan urusan kita.

Pak Darno merasa, jika bukan karena Gus Dur, dulu dirinya tidak mungkin ditunjuk jadi pimpinan di perusahaan. Menurutnya sangat tidak masuk akal dengan segala keterbatas yang ia punya. Tapi saya berusaha meyakinkan Pak Darno bahwa Gus Dur tidak akan menunjuk orang tanpa alasan. Pasti ada sesuatu yang luar biasa yang ada pada diri Pak Darno dan hanya Gus Dur yang mampu melihatnya. Sebetulnya banyak sekali pertanyaan di kepala saya, tapi jadwal kereta tinggal beberapa menit lagi.

Pertemuan saya dengan Pak Darno membuat saya semakin yakin bahwa banyak sekali orang yang pernah ditolong oleh Gus Dur, begitupun orang-orang yang menghormati dan mencintai Gus Dur sangat berhamburan di mana-mana. Pak Darno ini hanya salah satu orang yang mengenang dan meletakkan Gus Dur selamanya di hati beliau. Rasa cintanya abadi dan tak akan pernah terganti. Semoga apa yang telah Gus Dur teladankan bisa sama-sama kita lanjutkan dan perjuangkan.

Penggerak Komunitas GUSDURian Banten.