MAKASSAR – Setelah rehat beberapa bulan, Pojok GUSDURian UIN Alauddin Makassar kembali diadakan. Pada pertemuan ke-17 kali ini, menghadirkan Andi Tazkirah Tawakkal dan Yuliana sebagai pemantik yang dipandu oleh Agnes Dewiyanti Amu selaku penggerak GUSDURian. Kegiatan ini dilaksanakan di Masjid UIN Alauddin Makassar pada Jumat (19/10/2023).
Pada diskusi kali ini, Andi Tazkirah Tawakkal yang berasal dari Jaringan Intelektual Muda Muhammadiyah (JIMM) dan Yuliana yang merupakan Penggerak GUSDURian UINAM membahas topik “Muslimah Reformis di Era Digital Native”.
Andi Tazkirah menyampaikan bahwa muslimah harus pandai-pandai dalam menggunakan media sosial saat ini.
“Dalam penggunaan media sosial, muslimah harus bisa menjadi promotor dalam menyampaikan dakwah dan lebih pandai dalam memanfaatkan akun media sosial,” ungkap Andi Tazkirah.
Selain itu, Andi Tazkirah juga menjelaskan bagaimana muslimah seharusnya bisa menegakkan nilai tauhid dan juga menjalankan tugasnya di lingkup sosial.
“Muslimah reformis tentunya bisa menanamkan nilai tauhid dalam dirinya dan tidak lupa menjalankan tanggung jawabnya sebagai makhluk sosial, yakni menyuarakan dan menegakkan keadilan atau kesetaraan,” ujarnya.
Dilanjut Yuliana dalam diskusinya menyampaikan bahwa muslimah ataupun perempuan itu sendiri seharusnya memiliki sikap dinamis dan mampu menjawab tantangan zaman.
“Sebagai seorang promotor yang tentunya memiliki peran yang sangat signifikan, tentunya muslimah harus memiliki sifat dinamis dalam menjawab tantangan zaman sehingga tidak akan menjadi objek dalam komoditas kapitalis,” tuturnya.
Lebih lanjut, Yuliana selaku penggerak GUSDURian menyampaikan bahwa muslimah seharusnya memiliki sikap kesederhanaan yang merupakan salah satu isi dari 9 nilai utama Gus Dur. Dengan nilai tersebut, muslimah tidak akan terjerat dalam kungkungan kapitalisme atau bahkan dianggap objek komoditas.
“Dalam 9 nilai utama Gus Dur yang salah satunya adalah kesederhanaan yang tentunya akan menghindarkan kita dari perilaku yang dapat menjadikan muslimah itu sendiri sebagai objek komoditas,” tambahnya.
Di akhir kegiatan, Agnes selaku moderator pada kegiatan Pojok GUSDURian kali ini, menyampaikan bahwa saat ini bukan lagi saatnya mengklasifikasikan setiap muslimah. Melainkan, tugas kita adalah sama-sama menjadi promotor dalam menyuarakan keadilan dan kemanusiaan.
Selain itu, ia juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh peserta yang tetap konsisten mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir.
“Terima kasih kepada teman-teman hadirin dan juga narasumber yang telah mengajarkan kita banyak hal yang semuanya sangat berisi terkait dengan tema yang diangkat. Saya berharap, pertemuan selanjutnya dapat lebih baik lagi,” tutupnya.