Haul Gus Dur ke-14: Kegiatan Safari Keberagaman Berhasil Menarik Perhatian Anak Muda Kota Serang

SERANG – Safari Keberagaman sesi pertama kali ini merupakan rangkaian acara haul (peringatan wafatnya) Gus Dur ke-14 yang diinisiasi oleh Komunitas GUSDURian Serang. Kegiatan ini berhasil menarik perhatian pemuda Kota Serang untuk ikut bergabung dan bersilaturahmi ke rumah-rumah ibadah yang ada di Kota Serang, Banten pada Minggu, 18 Februari 2024.

Selain dari masyarakat umum dan mahasiswa, safari keberagaman ini juga diikuti oleh sejumlah organisasi dan komunitas, seperti Pemuda Tridharma, Ikatan Pemuda Hindu Banten, ANSOR Kota Serang, HMI Kota Serang, GAMKI, JAI, dan Relawan Rumah Dunia.

Pada safari keberagaman sesi pertama ini ada dua rumah ibadah yang dikunjungi. Pertama, Vihara Metta Lopang, kedua Pura Eka Wira Anantha. Sekitar jam 10.00 WIB panitia dan peserta telah hadir di lokasi pertama, acara pun dimulai sekitar jam 10.30 WIB.

Untuk mengawali sharing session kali ini, Maya Sari Putri selaku ketua Pemuda Tridharma sekaligus pembicara memberikan sedikit gambaran tentang ajaran Buddha, untuk memantik para peserta yang hadir.

“Buddha Tridharma itu ajaran Buddha yang pertama kali yang masuk ke Indonesia, yaitu gabungan dari ajaran Buddha Gautama, Nabi Konghucu, dan Nabi Lochu. Ajaran Buddha banyak mengajarkan kebaikan dan mengutuk perbuatan buruk,” ungkap Maya.

Acara sharing session pun berjalan hidup, banyak dari peserta yang antusias mengungkapkan rasa penasarannya akan Agama Buddha. Pertanyaan-pertanyaan seperti peran rumah ibadah untuk umat Buddha, apa latar belakang dirayakannya Imlek, sampai apa saja proses yang harus dilalui ketika akan menjadi seorang biksu atau biksuni.

Setelah jam menunjukan pukul 12.00 acara sharing di vihara pun dicukupkan, dilanjut foto bersama dan makan siang di halaman Vihara Metta Lopang. Setelah selesai makan, panitia dan peserta pun kembali melanjutkan safari keberagaman menuju tempat kedua yaitu Pura Eka Wira Anantha di Kopasus Kota Serang.

Pukul 13.00 WIB semua tiba di Pura Eka Wira Anantha dan langsung disambut hangat oleh tuan rumah. Dalam pemaparannya, Ketut selaku umat agama Hindu yang aktif mengikuti kegiatan lintas agama menyampaikan bahwa kita beruntung hidup di negeri yang unik dan toleran.

“Indonesia ini negara yang unik. Agamanya banyak, etnisnya ratusan, dan bahasanya juga ribuan. Tapi kita semua bisa bersatu,” ungkap Ketut.

Selain itu, ketut juga menyampaikan bagaimana seharusnya kita menjadi orang beragama yang baik. Menurutnya fanatik dalam meyakini dan mengamalkan ajaran agama masing-masing itu amatlah baik. Yang tidak baik itu jika seseorang berani untuk memaki dan mencaci agama orang lain.

“Beragama itu harus fanatik, dalam artian fanatik dalam mengamalkan ajaran agama kita masing-masing. Tapi misalnya menjelekkan agama lain itu bukan fanatik, tapi itu namanya rasis,” tambahnya.

Dalam sharing session di dua rumah ibadah bersama teman-teman lintas agama kali ini banyak menyadarkan para peserta bahwa setiap agama mengajarkan kebaikan dan mengutuk segala bentuk keburukan. Hidup bersama dengan orang yang berbeda itu bukanlah hal yang menakutkan, justru dengan keberagaman itu kita bisa saling mengenal dan lebih tahu banyak hal.

Penggerak Komunitas GUSDURian Banten.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *