GUSDURian Mamasa Lakukan Audiensi dengan Pemerintah untuk Cegah Kekerasan Seksual hingga Pernikahan Dini

MAMASA – Kabupaten Mamasa di Sulawesi Barat merupakan salah satu daerah yang mempunyai banyak sekali kasus tindak kekerasan dan pelecehan seksual terhadap perempuan dan anak. Pada tahun 2020-2024, hampir selalu ada kasus dalam setiap tahunnya. Kasus terakhir terjadi pada awal Mei 2024 dengan korban anak di bawah umur (10 tahun).

Menanggapi hal tersebut, Komunitas GUSDURian Mamasa mengambil langkah untuk melakukan audiensi dengan pemerintah, dalam hal ini Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak pada tanggal 6 Mei 2024. Mendahului audiensi tersebut, juga dilakukan kajian bersama oleh penggerak GUSDURian Mamasa.

Audiens ini langsung disambut baik oleh kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Festy Paotonan. Dari hasil diskusi, dirinya menyampaikan bahwa terkait dengan kasus yang baru-baru terjadi di Kec. Pana’ tersebut sedang ditindakilanjuti oleh dinas terkait.

Lebih lanjut, ia juga mengajak GUSDURian Mamasa untuk terlibat bersama dalam mengedukasi masyarakat terkait upaya-upaya pencegahan pelecehan dan kekerasan seksual, serta mensosialisasikan tentang pencegahan pernikahan dini. Selain itu, GUSDURian Mamasa juga diajak untuk terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh dinas PPPA ke depan.

“Kami dinas PPPA juga melakukan upaya-upaya pencegahan supaya kasus ini tidak terjadi lagi, oleh karena itu kami harapkan keterlibatan adik-adik GUSDURian Mamasa agar kita sama-sama berkolaborasi ke depan,” jelas Kepala Dinas PPPA Kab. Mamasa tersebut.

Suhesti, salah seorang penggerak GUSDURian Mamasa, dalam audiensi ini menyampaikan bahwa kasus kekerasan dan pelecehan seksual yang saat ini marak terjadi di Mamasa perlu perhatian penuh oleh banyak pihak, mulai dari pemerintah, lembaga keagamaan, para aktivis sosial, perempuan dan kepemudaan, serta juga penting perannya lembaga adat.

“Mamasa ini kan hidup dengan kearifan budaya yang masih kental, maka harusnya kebudayaan itu dihidupi sehingga tidak terjadi hal-hal yang tidak mengenakkan seperti ini,” ungkapnya. “Mirisnya, sering kali dari kasus-kasus yang terjadi pelakunya adalah kerabat korban sendiri. Ini sudah sangat bertentangan dengan budaya kita,” sambung Hesti.

Lebih lanjut, selaku koordinator GUSDURian Mamasa, Rionugrah juga menambahkan bahwa GUSDURian Mamasa sangat prihatin dengan kasus-kasus pelecehan seksual terhadap perempuan dan anak di Mamasa. Rio juga menyampaikan bahwa tentu ada banyak penyebabnya seperti pengaruh medsos, kurang kontrol orang tua terhadap anak, pengaruh lingkungan dan lain-lain.

“Kasus-kasus ini adalah pertanda bahwa Mamasa saat ini sedang mengalami krisis moral, krisis kemanusiaanm dan krisis kebudayaan. Oleh karena itu, kami siap dan terbuka untuk terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh dinas PPPA,” pungkasnya.

Penggerak Komunitas GUSDURian Mamasa, Sulawesi Barat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *