Pameran Tabon dan Pasar Jembar: Perkawinan Seni dan Kesadaran Lingkungan di Yogyakarta

Menikmati seni itu ada seninya.

YOGYAKARTA – Setidaknya, 400 karya seni rupa yang memukau mejeng di Jogja National Museum (JNM) dalam pameran “Tabon” yang diselenggarakan oleh Jogja Art Planet (JAP). Pameran yang berlangsung dari 22 April hingga 5 Mei 2024 lalu menghadirkan karya-karya inspiratif dari tiga maestro: Faisal Kamandobat, Samuel Indratma, dan Alit Ambara.

Tabon sendiri berasal dari bahasa Sanskerta, artinya adalah “rumah atau kebun sebagai warisan leluhur”, tempat kembali dan berkumpul. 

Dengan demikian, Tabon menandai awal terbentuknya suatu masyarakat melalui pertumbuhan hubungan keluarga yang terus berkembang, baik melalui perkawinan maupun keturunan, hingga membentuk sebuah kelompok sosial, masyarakat, dan bahkan sebuah bangsa.

Lebih dari Sekadar Pameran Seni

Selain Pameran Tabon, JAP bekerja sama dengan Jaringan GUSDURian yang juga menghadirkan Pasar Jembar, sebuah ruang kreatif yang didedikasikan untuk UMKM dan komunitas seni Yogyakarta. Di sini, para pengunjung tidak hanya dapat mengagumi karya seni, tetapi juga berbelanja berbagai produk kreatif, mulai dari seni, kuliner, hingga merchandise.

Mengapa Pasar Jembar? Pasar Jembar bukan sekadar tempat bertukar barang dan jasa, melainkan ruang pertukaran nilai budaya. Kata “jembar” dalam KBBI memiliki arti luas, lebar, dan lapang dada (hati). Makna ini mencerminkan esensi Pasar Jembar, di mana berbagai nilai dan budaya dapat berinteraksi dan saling memperkaya, silih melengkapi.

Pasar umumnya dianggap sebagai tempat paling moderat, di mana orang-orang dari berbagai latar belakang dapat bertemu dan bertukar ide tanpa terikat identitas. Jaringan GUSDURian, sebagai organisasi yang menjunjung tinggi toleransi dan pluralisme, melihat potensi Pasar Jembar sebagai wadah ideal untuk menyebarkan sembilan nilai Gus Dur.

Salah satu nilai inti Gus Dur adalah menghargai Kearifan Tradisi. Oleh sebab itu, Pasar Jembar tidak hanya menghadirkan pertukaran nilai ekonomi atau budaya semata, tetapi juga memberikan wadah bagi pelestarian dan pengembangan seni tradisi. Bagi pengunjung yang ingin mendalami Kearifan Tradisi, khususnya seni, Pasar Jembar menawarkan berbagai workshop menarik. Workshop ini dirancang untuk memberikan pemahaman dan pengalaman baru, serta menjadikan pengunjung sebagai subjek seni yang aktif, bukan hanya pengamat pasif.

Senada dengan apa yang disampaikan oleh Putri Bungsu Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Inayah Wahid. Saat membuka pameran Tabon pada 22 April 2024 lalu, Inayah menandaskan bahwa seni seharusnya tidak hanya dinikmati oleh kaum elite. Seni harus dapat diakses dan dinikmati oleh semua orang, tanpa terkecuali.

Sekitar 20 lokakarya dan diskusi diadakan selama pameran berlangsung, dengan berbagai tema yang menarik dan bermanfaat. Mulai dari workshop melukis untuk anak yang mengasah kreativitas mereka, hingga lokakarya memasak yang mengajarkan resep-resep enak.

Saya berkesempatan mengikuti workshop pemanfaatan limbah minyak goreng atau jelantah menjadi sabun cuci. Selama ini, minyak jelantah sering dibuang begitu saja ke saluran pembuangan, tanpa disadari bahwa kebiasaan ini dapat mencemari lingkungan. Lebih menarik lagi, sabun cuci hasil olahan minyak jelantah ini memiliki kualitas yang tidak kalah dengan sabun cuci yang dijual di pasaran.

Membuka Jalan Menuju Seni yang Berkelanjutan

Menariknya, Pameran Tabon dan Pasar Jembar ini mempelopori perhitungan emisi karbon dalam penyelenggaraan seni rupa di Yogyakarta. Hal ini merupakan langkah penting dalam mewujudkan event seni budaya yang bertanggung jawab terhadap lingkungan, sebuah langkah yang masih jarang dilakukan di Indonesia.

Di tengah isu “Jogja Darurat Sampah”, Pameran Tabon dan Pasar Jembar menunjukkan komitmennya terhadap lingkungan dengan menerapkan sistem pengelolaan sampah yang terpadu dan bertanggung jawab.

Pengunjung didorong untuk memilah sampah pada tempat sampah yang disediakan, edukasi tentang pengurangan dan pengelolaan sampah diberikan, dan sampah diolah secara bertanggung jawab dengan bekerja sama dengan KUPAS milik Desa Panggungharjo, Bantul.

JAP menyediakan kupon donasi pengelolaan sampah yang dapat dibeli oleh pengunjung. Kupon ini tidak hanya membantu pengelolaan sampah, tetapi juga memberikan kesempatan untuk mendapatkan hadiah menarik (doorprize). Tidak berhenti pada pengelolaan sampah, jejak karbon dari aktivitas pameran dihitung dan dikonversi, sebuah langkah yang menunjukkan komitmen terhadap kelestarian lingkungan.

Pameran Tabon dan Pasar Jembar bukan hanya tentang karya seni dan budaya yang atraktif nan memesona, tetapi juga tentang menciptakan pengalaman yang tak terlupakan bagi para pengunjung. Di luar pameran seni yang memukau, JAP dan Jaringan GUSDURian merancang berbagai acara menarik yang disajikan dengan cara yang tidak kaku.

Pengunjung diajak untuk merasakan atmosfer yang berbeda dengan berbagai acara yang dihelat, seperti nonton bareng (nobar) timnas Piala Asia U-23 yang menumbuhkan rasa nasionalisme dan semangat sportivitas.

Puncak keramaian terjadi pada malam Minggu, 4 Mei 2024, di penghujung pelaksanaan acara. Pengunjung dimanjakan dengan berbagai penampilan seni hiburan. Selain dari Sanggar Biola Quinta, masih ada Wira Mahakarta yang melakukan Flashmob Tari Wira Mahakarta, Pantomim oleh Dodi dan Rian, serta Tari Kontemporer oleh Fai, Kawan Tuli, yang beberapa kali menjadi juara pertama dalam lomba tari.

Menuju Masa Depan Seni yang Lebih Berkesadaran

Dari pameran seni hingga program terkait lingkungan dan acara hiburan, Pameran Tabon dan Pasar Jembar tidak hanya menawarkan pengalaman seni yang mengagumkan, tetapi juga mengilhami kesadaran akan keberlanjutan dan keragaman budaya. 

Melalui berbagai kegiatan yang melibatkan masyarakat secara aktif, acara ini menciptakan momentum yang mempersatukan, mengedukasi, dan menghibur. Dengan demikian, Tabon dan Pasar Jembar menjadi titik awal bagi upaya menuju kehidupan seni yang lebih inklusif, bertanggung jawab, dan berkelanjutan di Indonesia.

Meski sudah berakhir, Pameran Tabon dan Pasar Jembar telah meninggalkan kenangan indah bagi para pengunjungnya. Perpaduan seni, budaya, dan kepedulian terhadap lingkungan di acara tersebut menjadikannya pengalaman yang istimewa.

Bagaimana dengan Anda? Tertarik untuk menyelenggarakan acara serupa? Acara yang tidak hanya menghibur, tetapi juga membawa manfaat bagi kelestarian lingkungan dan budaya?

Penggerak Komunitas GUSDURian Yogyakarta.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *