MOJOKERTO – Memiliki dua tanggal lahir yang berbeda KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur ini sosok yang unik dan pengayom semua umat beragama. Menurut data, tanggal kelahirannya adalah 4 Agustus 1940, didata yang lain adalah 7 September pada tahun yang sama. Kelahiran sang Guru Bangsa ini selalu diperingati di mana-mana. Di Mojokerto, ratusan umat memperingatinya dengan cara diskusi dan bedah buku di Gereja Protestan Indonesia Bagian Barat (GPIB) Imanuel Jl.Ahmad Yani, Kota Mojokerto Senin (19/8) malam.
Forum diskusi sendiri bertajuk “Demokrasi dan Konsolidasi Masyarakat Sipil” dan membedah buku yang ditulis oleh Almarhum Gus Dur yaitu, Tuhan Akrab Dengan Mereka. Acara yang digagas oleh Komunitas GUSDURian Mojokerto tersebut menghadirkan dua pembicara nasional. Yaitu Savic Ali, Ketua PBNU bidang media IT dan Advokasi; dan Pendeta Em.Prof.John A.Titaley, Dosen Fakultas Teologi UKSW Tahun 1980-2017 dan Pendeta Utusan Sinode GPIB; serta, dimoderatori oleh Pendeta Erika Tataung. Hadir juga ratusan peserta dari berbagai kelompok. Di antaranya Fatayat NU, Pemuda Ansor, muda mudi gereja, muda mudi wihara, umat hindu, penghayat kepercayaan dan beragam kelompok masyarakat lainnya.
Savic Ali dalam paparannya sempat menyinggung tentang sikap pembelaan terhadap Tuhan. Tetapi, justru malah terperosok dalam tindakan yang tidak di ridhoi oleh Tuhan itu sendiri, seperti tindakan ekstremisme dan terorisme.
“Kita beragama tidak cukup hanya syariat saja, atau hanya dasar-dasar. Tetapi, masuk dalam tingkat makrifat, yaitu menebarkan cinta kasih kepada siapapun, merangkul tidak menyakiti bahkan membunuh,”
Sebagai seorang teolog, pendeta John berbicara terkait esensi beragama. Sahabat Gus Dur ini memaparkan,sebagai pemeluk agama yang baik, tak cukup hanya datang ke gereja dan berdoa saja.
“Kita harus ada tindakan nyata untuk sesama manusia,” ungkapnya.
Acara berjalan kurang lebih tiga jam. Ratusan peserta antusias mengikuti diskusi kebudayaan dan penguatan kebangsaan tersebut. Yusia Gerson, pengurus GPIB mengatakan, pihaknya bersyukur menjadi tuan rumah dalam forum diskusi peringatan harlah Gus Dur.
“Acara ini sangat bermanfaat kususnya bagi keluarga jemaat GPIB dalam membangun silaturahmi dan relasi antar agama dan sesama manusia. Harapan kami kedepan acara serupa lebih digiatkan lagi di berbagai tempat untuk keberlangsungan kerukunan umat beragama di Indonesia,” tutup Gerson.
_______________________________________________________________________
Tulisan ini pertama kali dimuat di radarmojokerto.jawapos.com pada 20 Agustus 2024