JOMBANG – Pada Sabtu, 31 Mei lalu, Komunitas GUSDURian UIN Walisongo Semarang bersama Komunitas GUSDURian Jombang berkunjung ke Pesantren Tebuireng Jombang, Jawa Timur. Agenda ini juga bertepatan dengan Perayaan Ceng Beng di area pemakaman Gus Dur.
Pada kunjungan tersebut para penggerak GUSDURian dan peserta Ceng Beng dijamu dan diterima dengan baik oleh pihak pesantren dan juga pengasuh pesantren Tebuireng KH Hakim Mahfudz. Ketika rombongan masuk ke pesantren banyak para santri yang terkejut melihatnya, mungkin karena para santri belum pernah melihat pemandangan orang-orang etnis Tionghoa masuk ke pesantren.
Di pertemuan ini para tamu bercerita dan berbincang langsung bersama pengasuh pesantren, mulai dari membahas isu toleransi, sejarah Ceng Beng bagi etnis Tionghoa, asal mula Gus Dur diberi gelar Bapak Tionghoa Indonesia, sampai membahas filosofi makanan yang disajikan pada saat merayakan Ceng Beng di Pecinan Semarang.
Rombongan GUSDURian dan peserta Ceng Beng juga tidak lupa menyimak dan mencatat apa saja yang diperbincangkan oleh Kiai Hakim, meskipun sesekali ada guyonan khas pesantren masuk dalam obrolan tersebut.
Kiai Hakim juga menceritakan tentang kehidupan para santri di dalam pesantren kepada para tamu di hadapannya, Menurutnya, apabila ditelisik lebih jauh lagi, justru di dalam diri para santri punya rasa toleransi yang amat besar dan melekat pada diri mereka tanpa disadari.
“Banyaknya perbedaan dari para santri tidak membuat mereka bertengkar atau bermusuhan satu sama lain, justru semua itu malah membuat mereka kelak akan kuat menghadapi berbagai persoalan yang ada di lingkungan masing-masing,” tuturnya.
Kiai Hakim juga mengatakan bahwa para orang tua harusnya selalu menjadi contoh yang baik untuk anak-anak muda agar kesatuan bangsa tetap terjaga.
“Karena kalau yang tua-tua tidak pernah memberi contoh atau bahkan tidak mau tahu terhadap persoalan toleransi, ke depannya bangsa ini pasti terpecah belah dan kacau,” paparnya.
Setelah dua jam penuh berbincang, waktu juga sudah mulai malam dan rombongan GUSDURian semua pamit undur diri untuk melanjutkan agenda perayaan Ceng Beng berikutnya.