GUSDURian Bandung Adakan Diskusi dan Mitigasi Bencana di Haul ke-16 Gus Dur

BANDUNG – Baru-baru ini kita disaksikan dengan bencana banjir bandang yang melanda tiga provinsi sekaligus di Pulau Sumatera, yakni Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Kejadian ini tentunya harus bisa menjadi perhatian dari berbagai kalangan, terutama kalangan aktivis lingkungan hidup dan kalangan mana pun yang memiliki perhatian lebih terhadap keberlangsungan kehidupan ekosistem di bumi ini. Keharusan melindungi alam dan lingkungan hidup merupakan sebuah implementasi dari kata “cinta” yang selalu diajarkan oleh semua agama dan kepercayaan karena ajaran ini merupakan ajaran yang sangat universal.

Hal tersebutlah yang menjadi latar belakang Komunitas GUSDURian Bandung menyelenggarakan peringatan Haul Gus Dur yang ke-16 dengan tema “Belajar Lingkungan dari Guru Bangsa”. Tema ini menjadi hal yang penting karena selain menyadarkan masyarakat tentang pentingnya kepedulian terhadap lingkungan, juga membuka kembali ajaran-ajaran serta kebijakan Gus Dur yang berkenaan dengan lingkungan hidup.

Haul Gus Dur ke-16 oleh GUSDURian Bandung ini diselenggarakan pada hari Sabtu, 13 Desember 2025 di Sanggar Seni Babakan Siliwangi, Kecamatan Coblong, Kota Bandung. Rangkaian peringatan Haul Gus Dur ini tidak hanya diisi dengan pembacaan tahlil dan doa saja, melainkan berbagai kegiatan yang berdampak untuk keberlangsungan lingkungan hidup. Acara diawali dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya, dilanjut dengan sambutan-sambutan.

Dalam sambutannya, Koordinator GUSDURian Bandung, Jamiludin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam acara ini. Pihak-pihak yang dimaksud adalah Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bandung, Dinas Lingkungan Hidup Kota Bandung, Ketua MWC NU Kecamatan Coblong, Sanggar Olah Seni Babakan Siliwangi, Komunitas Ahmadiyah, Puan Hayati Jawa Barat, Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) Jawa Barat, Ikatan Pelajar NU (IPNU) Kota Bandung, PGI Bandung, Lesbumi Kota Bandung, LPBI NU Kota Bandung, dan LPBI PW NU Jawa Barat.

“Melalui momentum Haul Gus Dur yang ke-16 ini, mudah-mudahan kita selalu diberikan rasa cinta terhadap alam dan lingkungan hidup, sehingga dapat terus menjaganya sebelum bencana alam itu sendiri yang bertindaknya. Bencana Sumatera adalah salah satu contoh dari bagaimana alam merespons perilaku manusia yang serakah dan eksploitatif,” ungkap Jamil dalam sambutannya.

Acara kemudian dilanjutkan dengan pemaparan materi dan mitigasi kebencanaan. Materi tentang lingkungan ini disampaikan oleh beberapa pembicara yang memiliki latar belakang berbeda. Tujuannya supaya pandangan tentang lingkungan ini dapat disampaikan tidak hanya dari satu sudut pandang saja, melainkan dari berbagai sudut pandang yang berbeda.

Lingkungan dalam perspektif ajaran Islam disampaikan oleh K.H Asep Usman Rosadi yang juga merupakan pimpinan Pondok Pesantren Cijawura, Kota Bandung. Hadir juga dari kalangan Penghayat Kepercayaan, Rela Susanti yang berbicara mengenai bagaimana penghayat kepercayaan menyikapi kerusakan alam. Di akhir sesi juga tidak lupa memberikan kesempatan kepada Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Bandung untuk memberikan edukasi kebencanaan. Edukasi ini dimaksud supaya masyarakat dapat melakukan tindakan penyelamatan tatkala bencana alam melanda.

Selain itu, edukasi kebencanaan juga merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kondisi Bandung saat ini. Bahaya sesar Lembang menjadi hal yang sangat krusial karena sesar Lembang ini tidak dapat diprediksi kapan akan terjadi. Sedangkan masyarakat Bandung Raya (Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, dan Bagian Barat Kabupaten Sumedang) akan terkena dampak terbesarnya.

Sesi terakhir dari rangkaian ini adalah istighosah kebencanaan untuk mendoakan saudara-saudara di Sumatera yang terkena bencana, sedekah pohon, dan doa lintas iman. Sedekah pohon menjadikan sebuah simbolik dari implementasi ajaran kecintaan terhadap lingkungan hidup serta sejalan dengan tema haul Gus Dur Kota Bandung ini. Kurang lebih ada sekitar 14 bibit pohon yang disumbangkan untuk di tanam di beberapa tik di Kota Bandung.

Berbicara mengenai ajaran Gus Dur tidak selamanya akan beririsan dengan toleransi dan keberagaman. Nilai cinta kepada alam semesta disadari atau tidak adalah bentuk cinta terhadap kelangsungan umat manusia. Betapa banyak korban yang bergelimpangan dari bencana Sumatera beberapa hari silam yang juga sampai saat ini korban jiwa masih bertambah. Betapa banyak manusia juga yang diselamatkan oleh kehadiran pohon melalui oksigen yang dihasilkannya.

Penggerak Komunitas GUSDURian Bandung.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *