KABUPATEN BLITAR – Komunitas GUSDURian Kabupaten Blitar menyelenggarakan Haul Gus Dur ke-15 di Pendopo Islam Nusantara (PINUS), Desa Papungan, Kecamatan Kanigoro, Blitar, pada 25 Januari 2025. Acara yang berkolaborasi dengan IKA PMII Kabupaten Blitar, Forum Silatul Afkar (Forsa), dan Lakpesdam NU Kabupaten Blitar ini dihadiri berbagai elemen masyarakat, dari kalangan masyarakat lintas iman, budayawan, hingga generasi muda.
Acara dimulai pada pukul 15.00 WIB dengan Khotmil Qur’an (mengkhatamkan Al-Qur’an). Kemudian dilanjutkan pada malam harinya, pukul 19.00 WIB yang diisi dengan Sarasehan dan Refleksi Nilai-Nilai Gus Dur.
Najib Zam Zami selaku Ketua Panitia menjelaskan tujuan dari rangkaian kegiatan ini. “Peringatan Haul Gus Dur adalah salah satu bentuk hormat takzim kepada guru bangsa. Sebab, sosok Gus Dur begitu melekat, bukan hanya untuk umat Islam, tetapi juga untuk semua kalangan. Rangkaian haul ini juga menjadi wadah untuk menjalin komunikasi dan sinergitas dari berbagai individu maupun kelompok. Di akhir acara ini, kami mengadakan refleksi bersama, di mana setiap peserta berbagi cerita dan kesan mereka tentang sosok Gus Dur,” ujar Najib.
Acara ini juga dimeriahkan dengan penampilan Barongsai Poo An Kiong dari Kota Blitar. Daniel selaku perwakilan dari Klenteng Poo An Kiong Kota Blitar menuturkan pengalamannya terkait Gus Dur.
“Waktu beliau menjabat sebagai presiden dan mencabut kebijakan pembatasan terhadap kebudayaan Tionghoa yang dulunya dibatasi, tentu ini sangat mengena. Ini membuat kita lebih mudah berinteraksi dan berbaur dengan masyarakat luas. Melalui kesenian Barongsai ini, kami sudah membaur dengan masyarakat berbagai latar belakang, sehingga mempererat persatuan bahwa budaya Tionghoa juga bagian dari keberagaman Indonesia,” ungkapnya.
Arif Muzayyin, Dosen UNU Blitar juga menyampaikan kedekatannya dengan teman-teman Konghucu. Ia menegaskan pentingnya nilai-nilai yang diwariskan oleh Gus Dur sebagai inspirasi dalam mempererat hubungan antarumat manusia.
“Keteladanan Gus Dur menjadi pengingat bagi kita semua tentang esensi kemanusiaan. Bahkan sebelum Gus Dur, sudah ada Bhineka Tunggal Ika Tanhana Dharma Mangrua—berbeda-beda tetapi tetap satu, tidak ada kebenaran yang mendua. Prinsip ini yang mengajarkan kita untuk saling menghargai dan hidup berdampingan dalam damai,” ungkap Arif.
Ia juga bercerita bahwa pernah mengadakan bedah buku berjudul Ada Aku di Antara Tionghoa dan Indonesia di Klenteng Poo An Kiong. “Pada waktu itu Pak Bingki Irawan, tokoh Konghucu, juga turut hadir. Tentu menarik ketika kita mengambil keteladanan dari Gus Dur karena inilah yang bisa merekatkan kita sesama manusia. Bahkan sebelum Gus Dur ada Bhineka Tunggal Ika Tahana Dharma Mangrua, berbeda-beda tapi tetap jua, tidak ada kebenaran yang mendua”, tambahnya.
Daniel, perwakilan GKJW Kota Blitar juga menyampaikan kekagumannya terhadap sosok Gus Dur. “Yang saya kagumi dari Gus Dur adalah kesederhanaannya. Meskipun beliau seorang Muslim yang taat, beliau tidak hanya melihat segala sesuatu dari perspektif agamanya saja. Gus Dur memiliki pandangan yang luas, mampu memahami dan menghormati sudut pandang agama lain. Dari beliau, saya belajar bahwa perbedaan itu indah,” ungkap Daniel.
Di akhir kegiatan, Najib juga menjelaskan bahwa masih ada satu rangkaian haul Gus Dur yang akan dilakukan yaitu aksi tanam pohon. “Sebagai implementasi dari refleksi dan diskusi yang telah dilakukan, kami akan melanjutkan rangkaian kegiatan ini dengan aksi tanam pohon. Harapannya, setiap acara GUSDURian tidak hanya dimiliki oleh kelompok tertentu, tetapi juga menjadi ruang bagi semua kalangan untuk berkontribusi bersama,” pungkasnya.