KABUPATEN KEDIRI – Pada 28 Januari 2025, Komunitas GUSDURian Mojokutho Pare menggelar acara puncak peringatan Haul Gus Dur ke-15 di Rumah Bersama Kemanusiaan GUSDURian. Setiap tahun, haul Gus Dur menjadi momen yang sangat berarti bagi banyak orang. Tahun ini, perayaan haul Gus Dur ke-15 diadakan dengan sedikit berbeda. Selain membahagiakan para lansia yang tinggal di Rumah Kemanusiaan, GUSDURian Mojokutho Pare juga mengundang komunitas disabilitas Kediri dan teman-teman istimewa dari Sekolah Luar Biasa (SLB) se-kecamatan Pare.
Sebelum acara dimulai, panitia mengajak teman-teman istimewa yang sangat semangat datang lebih awal dari SLB PGRI Badas dan SLB-C Dharma Wanita Pare untuk bermain bersama dalam fun games yang diadakan secara spontan. Meski demikian, hal ini mendapat antusiasme yang tinggi dari mereka. Mereka sangat senang saat bermain terlebih lagi ketika menerima bingkisan setelah memenangkan games.
Acara dimulai dengan penampilan tari tradisional oleh Sanggar Lintang Gumintang dan sambutan hangat dari panitia dan beberapa perwakilan dari instansi pemerintah Kabupaten Kediri yang turut hadir untuk memeriahkan acara dengan berbagi kebahagiaan bersama.
Awalnya, acara inti dari kegiatan ini adalah trauma healing bersama Inayah Wulandari Wahid selaku putri bungsu dari Gus Dur, namun dirinya berhalangan untuk hadir sehingga digantikan oleh Ema Rahmawati atau yang biasa dikenal dengan Ning Ema. Ning Ema bersama dengan panitia yang bertugas memimpin acara Quiz Gembira dengan lansia, teman-teman istimewa, dan seluruh tamu undangan sebagai audiensi.
Selama acara, tidak dapat dipungkiri bahwa wajah-wajah mereka menampilkan kegembiraan yang jarang mereka dapatkan di luar sana. Selain teman-teman disabilitas, para orang tua dan guru SLB yang mendampingi pun demikian, terlihat kebahagiaan terpancar dari wajah tulus mereka.
Salah satu orang tua dari Ananda Ferdy yang berasal dari Komunitas ABK Sidorejo mengatakan, “Alhamdulillah saya sangat senang dapat hadir di acara ini karena selain melihat anak-anak tertawa juga bisa sharing dan diskusi dengan teman-teman disabilitas yang lain”. Selain menyampaikan hal ini, ia juga berharap akan diadakannya kegiatan yang serupa untuk teman-teman istimewa.
Hal serupa juga disampaikan oleh Alif, Abdil, dan beberapa teman-teman istimewa selaku siswa dari SLB Pare dan SLB Puncu yang menyampaikan pesan dengan menggunakan bahasa isyarat atau bisindo yang maknanya “Terima kasih, jangan lupa bahagia dan tersenyum”.
Gus Dur sendiri dikenal sebagai sosok yang sangat peduli terhadap kaum marginal dan mereka yang terpinggirkan. Dalam setiap langkahnya, ia selalu mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan. Oleh karena itu, perayaan haul kali ini diisi dengan berbagai kegiatan yang melibatkan komunitas disabilitas, sebagai bentuk penghormatan dan penerusan semangat Gus Dur dalam membela hak-hak mereka.
Di akhir acara ditutup dengan doa lintas iman, semua peserta diajak untuk berdoa bersama dengan dipimpin oleh beberapa tokoh agama termasuk kepercayaan, memohon kepada Tuhan agar senantiasa memberikan kekuatan dan keberanian untuk membela yang lemah. Doa ini menjadi penutup yang penuh harapan, bahwa semangat Gus Dur akan terus hidup dalam diri setiap individu yang peduli dan berkomitmen untuk menciptakan dunia yang lebih baik. Gus Dur yang meneladankan, kita yang melanjutkan.