Bersama Pegiat Lingkungan, GUSDURian Pekalongan Gelar Haul Gus Dur ke-15 Bertema “Agama untuk Kemanusiaan dan Krisis Iklim”

PEKALONGAN – Gandeng para pegiat lingkungan, Komunitas GUSDURian Pekalongan menyelenggarakan Haul Gus Dur ke-15 bertemakan “Agama untuk Kemanusiaan dan Krisis Iklim” di Pendopo Kecamatan Kedungwuni, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah pada Minggu, (26/01).

Acara ini dihadiri oleh para pegiat lingkungan dari komunitas-komunitas yang ada di Pekalongan, di antaranya Pimpinan Daerah Angkatan Muda Rifa’iyah Pekalongan, Dewan Pimpinan Kabupaten Perhimpunan Pemuda Hindu (Peradah) Pekalongan, Pimpinan Cabang Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (PC IPPNU) Pekalongan, Gerakan Peduli Anak Difabel (GPAD) Pekalongan, Dewan Eksekutif Mahasiswa (Dema) UIN Gus Dur Pekalongan, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) ITS NU Pekalongan, dan TPQ Assakinah Teman Tuli Kota Pekalongan.

Turut hadir pula tokoh agama Islam Gus Mahmud Mansur, budayawan Kota Pekalongan Ribut Achwandi, narasumber dari perwakilan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Pekalongan Nok Kholifah, narasumber dari Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBINU) Kota Pekalongan Faisal Latif, dan narasumber dari Kolaborasi Aksi Gerakan Muda (Kobar) Pekalongan Bayu. 

Acara ini diawali dengan sambutan Fajri Muarrikh selalu penggerak GUSDURian Pekalongan yang menyatakan bahwa pengambilan tema kali ini muncul dari keresahan masyarakat akibat bencana yang akhir-akhir ini melanda. 

“Tema ini adalah tema yang diangkat oleh Jaringan GUSDURian, tema ini diangkat karena keresahan bersama dan juga pentingnya kesadaran masyarakat untuk menjaga alam, karena sudah banyak bencana alam yang terjadi di sekitar kita,” ujarnya.

Berlanjut pada acara inti, 3 narasumber membahas beberapa hal menyoroti krisis iklim. 

Sebagaimana yang dijelaskan Kholifah, ia menyatakan krisis iklim disebabkan oleh beberapa hal di antaranya pemanasan global, penumpukan sampah, emisi gas, serta pengelolaan sumber air tanah yang kurang bijak.

Narasumber Faisal kemudian menambahi, ia menyinggung bahwa warga Kota Pekalongan perlu waspada setelah banjir bandang dan longsor melanda dataran tinggi Kabupaten Pekalongan, ia menyebutnya Pekalongan lantai 2.

Perwakilan peserta, Fajar, turut menghidupkan diskusi ini, Fajar berbagi pengalamannya mengelola maggot yang menjadi solusi cepat mengurai sampah organik sekaligus berdaya jual sebagai pakan ternak.

Fajri berharap, diskusi ini dapat meningkatkan kesadaran dan komitmen masyarakat untuk menjaga lingkungan

“Harapan dari acara haul ini, bertambahnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga lingkungan, dan juga komitmen bersama serta aksi nyata untuk merawat lingkungan, khususnya di Pekalongan.”

Penggerak Komunitas GUSDURian Pekalongan, Jawa Tengah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *