Social Media

GUSDURian Bone Gelar Diskusi Rutin, Kali Ini Angkat Tema “Gus Dur dalam Perspektif Literasi Politik”

Komisi Pemilihan Umum atau KPU RI telah resmi menetapkan tahapan pemilu 2024  atau countdown pesta demokrasi tahun 2024 pada tanggal 14 Juni 2022. Artinya, dua puluh bulan lagi menuju pesta demokrasi 2024. Menyambut pesta demokrasi tersebut, Komunitas GUSDURian Kabupaten Bone kembali menggelar diskusi rutin yang dilaksankan secara luring untuk mendiskursukan tantangan politik 2024 mendatang.

Kegiatan diskusi rutin yang mengangkat tajuk “Gus Dur dalam Perspektif Literasi Politik” ini menghadirkan pembicara Rusli Kaseng, Direktur PROP (Perspektif Riset dan Opini Publik) dan dihadiri oleh teman-teman organisasi kepemudaan, serta beberapa komunitas literasi yang ada di Kab. Bone. Diskusi rutin kali ini dilaksanakan di Taman Arung Palakka pada hari Jumat (5/8/2022) lalu. Acara ini merupakan agenda rutin untuk mendiskusikan hal-hal yang faktual dan terkini untuk tetap merawat nalar berpikir anak-anak muda, khususnya untuk penggerak GUSDURian Bone sendiri.

Diskusi rutin kali ini dilaksanakan dengan konsep halaqah ala santri, sehingga diskusi lebih atraktif dan peserta juga aktif memberikan argumennya terkait tema diskusi yang diangkat oleh penggerak komunitas GUSDURian.

Pada diskusi kali ini pembicara menyampaikan beberapa hal terkait Gus Dur dan literasi politiknya guna menghadapi pesta politik tahun 2024 mendatang. Rusli Kaseng mengawali diskusinya dengan sebuah argumentasi perihal background pendidikan Gus Dur.

“Teman-teman sekalian, secara background pendidikan Gus Dur memiliki latar belakang keluarga ulama dan kiai, yang sudah barang tentu pendidikan dasarnya dimulai dari bangku pesantren sebagai awal pembentukan spritualitas Gus Dur. Hal ini nantinya akan menuntun beliau dalam kontestasi politik di negeri ini hingga akhirnya beliau menjadi presiden RI yang ke-4,” tutur Rusli Kaseng.

Beberapa literatur yang ada mengenai Gus Dur khususnya pembacaan politiknya sangat menarik sekaligus kontroversial, sebab Gus Dur adalah sosok manusia yang visioner. Gus Dur diibaratkan seperti kereta api cepat negara Jepang, sedangkan Indonesia ini masih sangat tradisional dengan segala kearifan yang ada. Hal ini senada dengan apa yang dikatakan oleh pembicara.

“Gus Dur sangat visioner. Dia satu dua langkah berada di depan orang lain. Sehingga untuk membaca gerakan politik Gus Dur tentu akan sulit dipahami bila tidak dibarengi dengan bacaan yang menarik tentangnya. Bacaan atau literasi yang ada bisa melalui karya Gus Dur sendiri maupun corak pemikirannya yang ditulis oleh orang lain. tulisan terakhir yang paling fenomena mengenai Gus Dur adalah buku Menjerat Gus Dur yang ditulis oleh Virdika Rizky Utama,” tutur Rusli Kaseng.

Hal yang sangat menarik adalah dalam dua tahun kepemimpinan Gus Dur sebagai kepala negara RI, ia sangat banyak menerapkan public policy. Gus Dur juga melakukan kunjungan kerja ke luar negeri dua kali dalam sebulan, sehingga beberapa aktor politik menganggap Gus Dur telah menyelewengkan uang negara dengan kunjungan yang dianggap tidak jelas tersebut. Namun, lagi-lagi Gus Dur menanggapinya dengan santai.

Terakhir, Rusli Kaseng juga menyampaikan tentang pandangan Gus Dur terkait percampuran politik dan agama.

“Kedudukan agama jangan dibawa ke dalam permainan politik yang sangat profan dan penuh intrik. Agama bagi Gus Dur tetap menjadi pegangan spiritual dalam menjalankan sistem perpolitikan dengan mengedepankan nilai-nlai demokrasi politik, bukan demokrasi kekuasaan yang menghalalkan segala cara,” pungkasnya.

Sebagai kesimpulan, diskusi rutin kali ini menetapkan bahwa apa yang dilakukan oleh Gus Dur adalah perjuangan yang sarat akan nilai, baik secara politk, keadilan, kesetaraan dan kemanusiaan. Sehingga muncul jargon yang menarik dari seorang Gus Dur, yaitu “politik jangan jauh dari kemanusiaan”, sebab hakikat dari demokrasi adalah kedaulatan suara-suara individu.

Penggerak Komunitas GUSDURian Bone, Sulawesi Selatan.