KUPI Dorong Peran Masyarakat dalam Gerakan Memilah Sampah

Beberapa hari yang lalu, saya menghadiri acara Pra KUPI (Kongres Ulama Perempuan Indonesia) di UIN Walisongo Semarang. Acara yang digelar pada 8 Agustus 2022 tersebut tidak hanya dihadiri oleh puluhan ulama perempuan dari berbagai wilayah di Indonesia, tetapi hadir pula para kiai, akademisi, dan aktivis muda lintas komunitas. Ada dua isu besar yang diangkat dalam pertemuan kali ini, salah satunya tentang pengelolaan sampah.

Sampah menjadi satu hal yang amat dekat dengan kita. Setiap hari tanpa disadari kita sering menghasilkan sampah, khususnya sampah rumah tangga. Wahyudi Anggoro Hadi yang menjadi narasumber di acara halaqoh KUPI tersebut menjelaskan bahwa persoalan himpunan sampah yang tumbuh secara eksponensial berasal dari pola konsumsi yang berlebihan, terutama sisa makanan rumah tangga. Tanpa sadar kita sering menyisakan makanan hingga menjadi sampah. Belum lagi sampah elektronik, sampah kain, sampah kayu, sampah plastik, dan residu.

Beraneka ragam jenis sampah ini tentu belum semua diolah dengan baik. Terkadang kita juga masih melihat sampah yang tidak memiliki tempat penampungan layak, sehingga sampah berserakan ke mana-mana. Memang tidak ada data akurat tentang jumlah pencemaran sampah di Indonesia, tetapi Geotimes memperkirakan jumlah total sampah di Indonesia bisa mencapai 175.000 ton setiap hari dengan asumsi 0,7 kilogram/orang atau sekitar 67 juta ton per tahun. Ini bukanlah angka yang kecil untuk segera diminimalisir atau dihilangkan.

Para ulama perempuan bersama dengan berbagai elemen yang hadir saat acara pra kongres itu sangat antusias untuk membicaraan isu ini dalam forum yang santai tapi serius. Seperti ada harapan masa depan Indonesia bebas sampah. Meski jika merujuk pada data sebelumnya amatlah sulit.

Menghilangkan sampah di Indonesia adalah sebuah keniscayaan, tapi semangat mengelola sampah inilah yang harus ditumbuhkan dan digaungkan. Kita bisa mengelola sampah menjadi berbagai hal yang bernilai guna. Misalnya sampah diolah menjadi kerajinan tangan, eco-enzyme, pupuk organik, dan lain sebagainya.

Gerakan Memilah Sampah

Jika sampah-sampah ini dibiarkan begitu saja maka potensi kerusakan lingkungan seperti pencemaran udara, tanah, dan air, ketidakseimbangan ekosistem serta kerusakan alam akan terjadi. Bencana akibat sampah juga akan meresahkan masyarakat. Belum lagi dampaknya bagi kesehatan manusia.

Nyai Iin Mutmainnah memberikan contoh Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah yang ada di Jatibarang Kota Semarang. Pada kondisi tertentu bau sampah bisa tercium hingga ke pemukiman warga. Setiap hari sampah yang masuk ke TPA Jatibarang sebanyak 850 ton. Memang sudah sejak lama TPA Jatibarang overload dan perlu diadakan gerakan bersama untuk menyelesaikan persoalan ini.

Gerakan kolektif yang bisa dilakukan adalah mengadakan pemilahan sampah khususnya di rumah tangga. Sebab, produsen terbesar penghasil sampah adalah rumah tangga. Pemilahan sampah ini bertujuan untuk memudahkan pembuangan dan pengelolaan kembali antara sampah organik dan sampah non-organik. Selain itu, pemilahan sampah juga bisa meminimalisir adanya penumpukan sampah dan menjadikan hidup lebih sehat karena tidak ada sarang kuman dan bakteri akibat sampah.

Sejalan dengan itu, Kiai Faqih Abdul Kodir bahkan dengan tegas menyampaikan, kegiatan KUPI yang akan berlangsung di Jepara pada November ini dilaksanakan dengan konsep ramah sampah. Satu hal yang penting untuk disiapkan adalah menyediakan tempat sampah dan konsep pemilahannya. Mereka menyadari bahwa gerakan mengelola sampah harus dimulai dari aktivitas KUPI sembari menyebarluaskan ke masyarakat.

Selain itu, perlu juga disadari bahwa persoalan sampah tidak hanya selesai dengan menyediakan tempat pembuangan sampah secara khusus. Penanganan sampah sebaiknya dimulai dari penghasil sampah terbanyak, yaitu rumah tangga. Dengan mengelola sampah dari rumah maka diharapkan secara bertahap terjadi perubahan perilaku di masyarakat. Minimal dengan tidak membuang sampah sembarangan, entah di selokan, di sungai, di pinggir jalan atau bahkan di sekitar tempat pembuangan sampah.

Mengelola sampah sejak dari rumah bisa membantu untuk meminimalisir menumpuknya sampah di TPA dan memutus mata rantai masalah sampah yang tidak berujung. Tidak ada salahnya masyarakat menghasilkan sampah dan mengelola sampahnya sendiri.

Founder Komunitas Feministic.id. Aktif di Seknas Jaringan GUSDURian, Duta Damai Yogyakarta, dan Griya Riset Indonesia.