Sabtu, 29 Juli 2023, Komunitas GUSDURian Banjarnegara mengadakan Temu Kebangsaan Jejaring Keberagaman di Aula Gereja Kristen Jawa Banjarnegara. Kegiatan tersebut dihadiri oleh sekitar 30-an orang, di antaranya adalah Seknas Jaringan GUSDURian yang diwakili oleh Suraji dan Siti Munawaroh yang membidangi Divisi Jejaring dan Advokasi, Co-Korwil GUSDURian JATENG-DIY yang dihadiri oleh Faza Luthfia dan Masturido, Dewan Pembina Komunitas GUSDURian Banjarnegara dan para penggerak komunitas, serta beberapa anggota komunitas GUSDURian Banjarnegara.
Kegiatan tersebut dihadiri pula oleh para stakeholder yang ada di Banjarnegara, di antaranya adalah Ketua KPUD Banjarnegara, Komisioner Bawaslu Banjarnegara, DPRD JATENG sekaligus Ketua PC GP Ansor Banjarnegara, PC Fatayat Banjarnegara, Tokoh Agama (Katolik, Kristen, dan Ahmadiyah), Sekjen KNPI Banjarnegara, PMII STAI Tanbighul Ghofilin, IMM Banjarnegara, HMI Banjarnegara, Jegongan Manfaat, serta dihadiri pula oleh beberapa pegiat aktivis lingkungan, literasi, dan kesetaraan gender dari Banjarnegara. Pertemuan ini mengangkat tema, “Menyoal Kualitas Demokrasi dan Ancaman Polarisasi Pemilu 2024”.
Temu Kebangsaan Jejaring Keberagaman bertujuan untuk mengonsolidasikan jejaring antarelemen yang memiliki kesamaan isu. Selain itu untuk membangun ekosistem komunitas GUSDURian yang lebih responsif terhadap masalah-masalah sosial. Komunitas GUSDURian Banjarnegara memiliki jejaring yang dilibatkan sesuai dengan 9 Nilai Utama Gus Dur sebagai landasan gerakan. Para stakeholder dengan gerakannya selama ini, memiliki kelebihan masing-masing yang dapat dilibatkan sebagai jejaring gerakan bersama.
Bambang Puji Prasetya, Ketua KPUD Banjarnegara mengatakan, “Kegiatan Temu Kebangsaan yang diinisiasi oleh Komunitas GUSDURian Banjarnegara menjadi wadah bertemunya para pihak dengan berbagai latar belakang. Tentunya sebagai penyelenggara pemilu, ruang temu seperti ini sangat kami apresiasi sebagai upaya meraih kesepakatan bersama dalam menyukseskan Pemilu 2024”.
Menurut Endro Wibowo Aji, Komisioner Bawaslu Banjarnegara, pertemuan seperti ini dapat mencegah ancaman polarisasi Pemilu 2024.
“Kami berterima kasih kepada GUSDURian Banjarnegara, dengan forum seperti ini menjadikan para stakeholder yang hadir dapat mengelaborasikan gagasan dan gerakannya dalam meningkatkan kualitas demokrasi dan mencegah ancaman polarisasi pemilu 2024”.
“Tanggung jawab para tokoh agama sebagai rujukan para jemaahnya, membuat kesadaran dan kedewasaan akan bersikap dan ber-statement yang bijak. Jangan sampai tokoh agama justru membuat kebingungan, bahkan menjadi aktor yang mendegradasi kualitas demokrasi,” tutur Romo Yeppy Emmanuelle dari Gereja St. Antonius Banjarnegara.
Senada dengan hal itu, Gus Wahid Jumali, DPRD JATENG sekaligus Ketua PC GP Ansor Banjarnegara mengatakan, “Pentingnya pendidikan politik melalui literasi kepada masyarakat menjadi salah satu kunci meningkatkan kualitas demokrasi dan mencegah polarisasi. Harapannya agar masyarakat kian kritis dan menjadi pemilih yang cerdas.”
Menurut Tari Nusantara, PC Fatayat Banjarnegara yang juga sebagai aktivis kesetaraan gender dan literasi mengungkapkan, “Dampak dari polarisasi pada Pemilu 2019 masih terasa, masyarakat yang terbelah kubu bahkan sesama keluarga menjadi tak akur, maka etika dalam berpolitik, pendidikan politik, baik para calon aktor politik dan pemilih menjadi upaya mewujudkan masyarakat yang memiliki integrasi sosial.”
Dari paparan-paparan para stakeholder tersebut dapat dielaborasikan dalam kegiatan-kegiatan yang dapat diwujudkan sebagai upaya dalam peningkatan kualitas demokrasi dan mencegah polarisasi pada Pemilu 2024. Kampanye pemilu damai melalui platform media sosial sesuai ciri khas masing-masing generasi menjadi khasanah dalam mengekspresikan diri. Komitmen bersama dalam menjaga dan mencegah dari upaya-upaya pihak yang tidak bertanggung jawab agar konflik antarmasyarakat dapat dihindarkan.
Seperti yang telah diutarakan Gus Dur bahwa, “Yang lebih penting dari politik adalah kemanusiaan”.