Social Media

GUSDURian Yogyakarta Gelar Rutinan Diskusi Pemikiran Gus Dur, Kali ini Bahas Keberagaman Pendidikan Islam

YOGYAKARTA – Angkat pendidikan sebagai tema besar, Cangkrukan Pemikiran Gus Dur edisi kedua bulan Agustus selesai diselenggarakan pada Jumat, (19/08/2023) di Pendopo Griya GUSDURian Yogyakarta.

Cangkrukan Pemikiran Gus Dur ini rutin digelar seminggu sekali di hari Jumat sore, dari pukul 15.30-17.30 WIB. Adapun diskusi kali ini dihadiri oleh mayoritas pelajar dan mahasiswa di Yogyakarta dengan beragam latar belakangnya. Bahkan jenjang pendidikan yang menghadiri diskusi cukup menarik, mulai dari jenjang SMA, S1, hingga S3.

Sebagaimana biasanya, sebelum diskusi Cangkrukan Pemikiran Gus Dur dimulai, peserta dipersilakan untuk memberikan review dari hasil pembacaan masing-masing atas tulisan Gus Dur. Mayoritas peserta memiliki intisari pandangan yang sama terkait pendidikan Islam yang direpresentasikan dalam pesantren. Semua juga sepakat bahwasanya pendidikan tidak hanya terkait lembaga-lembaga formal.

“Dilihat dalam framework dalam tulisan Gus Dur, Gus Dur menggunakan institusional gaya baru. Lembaga sama dengan institusi atau institusi sama dengan lembaga. Dan, lembaga itu harus eksis. Dalam institusional gaya baru sebenarnya tidak selalu lembaga yang sifatnya formal, tetapi juga ketika ada pola atau kegiatan yang selalu dilakukan ataupun sering dilakukan dan membentuk sebuah pola,” ujar Dendy saat me-review tulisan Gus Dur yang menjadi topik diskusi.

Oleh sebab itu, menurut Dendy, kegiatan seperti Cangkrukan Pemikiran Gus Dur yang rutin dilaksanakan dengan memiliki pola, silabus, materi dan sebagainya pun dapat dikatakan sebagai institusi. Tentu saja itu dalam perspektif new institualism sebagai paradigma.

“Banyak yang menyebut bahwa Islam yang benar adalah Islam yang diformalisasikan. Tapi, tidak menutup juga bahwa pendidikan Islam banyak bentuknya,” tutup Dendy di akhir review-nya.

Setelah semua peserta mendapat kesempatan untuk memaparkan review tulisan Gus Dur yang menjadi topik diskusi, Najma, sebagai moderator kemudian mempersilakan pemantik, Abdul Azisurrohman menyampaikan gagasan dan pandangannya atas tulisan Gus Dur.

“Gus Dur menawarkan pendidikan ala pesantren sebagai bagian dari keberagamaan pendidikan Islam. Melalui pendekatannya yang beragam dan relatif fleksibel sangat memungkinkan untuk selalu berkembang dan merespons problem masyarakat,” ungkap Aziz di awal pemaparannya.

Tidak dipungkiri terjadi pembaharuan dan modernitas dalam pendidikan, lanjut Aziz, sehingga jika lembaga pendidikan Islam diformalkan, maka menafikan bentuk pendidikan yang lain. “Selain itu, pendidikan Islam formal juga lebih berfokus pada penyampaiannya dalam pendidikan, bukan pada pemaknaannya,” pungkasnya.

Setelah paparan dari pemantik selesai, ada tanggapan dari Muallifah, salah satu peserta diskusi yang menyebut fakta bahwa pasca-reformasi memang banyak terjadi formalisasi agama Islam dan itu menjadi dosa sejarah Orde Baru. Pada perkembangannya, pesantren juga hanya menerima sebagai bentuk dari formalisasi agama Islam, bukan pada letak kebermanfaatannya terhadap masyarakat.

“Kenapa pesantren tidak diarahkah ke tantangan modernitas dan hanya fokus pada benar atau salahnya pendidikan Islam?” tanya Muallifah di akhir narasinya.

Rivaldi Abdul turut menambahkan, “Kritik untuk menunggalkan Islam Nusantara yang juga menjamur di lembaga pendidikan Islam di mana semuanya disebut sebagai pesantren”. Harapannya, pesantren dapat berdialektika dengan zaman agar tidak hilang sebagaimana lembaga-lembaga pendidikan Islam tradisional di pelosok-pelosok Indonesia, sebagaimana yang terjadi dalam pengalaman Rivaldi Abdul.

Walaupun diskusi Cangkrukan Pemikiran Gus Dur edisi kali ini memiliki kekurangan sebab tidak sempat mendengarkan pendapat dari Pdt. Ferry Mahulette melalui sudut pandang Kristen, meski begitu, diskusi ini tetap menarik karena hampir semua peserta memiliki waktu untuk berbicara menyampaikan gagasannya atas topik diskusi.

Penggerak Komunitas GUSDURian Jogja.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *