MAKASSAR – Komunitas GUSDURian Makassar kembali melaksanakan kajian dan diskusi bersama salah satu kelompok belajar di Fakultas Hukum Universitas Muslim Indonesia KOMPAK Study Club FH-UMI (Universitas Muslim Indonesia) Makassar. (14/12/2023)
Pada kesempatan kali ini Pojok GUSDURian Kampus UMI mengangkat tema “Penguatan Demokrasi dan Integritas Menuju Pemilu”, mengingat bahwasanya dalam waktu dekat ini negeri kita akan melaksanakan pesta demokrasi 5 tahun sekali untuk memilih siapa yang akan melanjutkan estafet kepemimpinan dan menjadi penentu nasib rakyat ke depannya. Maka dari itu dirasa perlu untuk mengangkat tema kali ini tentunya di kalangan pemuda & mahasiswa.
Indonesia sebagai negara demokrasi dalam penyelenggaraanya melaksanakan yang dinamakan Pemilihan Umum atau biasa kita sebut pemilu tiap 5 tahun sekali. Ini juga merupakan salah satu bentuk pemenuhan hak sipil warganya, yaitu partisipasi dalam pemilihan pemimpin dan wakilnya.
Kajian yang dilaksanakan di Pelataran Masjid Umar Bin Khattab, Kampus UMI ini dihadiri oleh seorang narasumber pemantik kajian dan diskusi, yaitu Iswan Afandi. Ia merupakan Panitia Pengawas Kecamatan (PANWASCAM) Panakkukang, Makassar.
Diskusi bermula dengan pembahasan yang intens mengenai demokrasi, integritas, dan pemilu itu sendiri. Narasumber menjelaskan bagaimana pembagian demokrasi yang terbagi atas dua hal, yakni demokrasi substansial dan demokrasi prosedural.
“Demokrasi substansial meliputi nilai-nilai dasar, prinsip, asas dan tujuan dari demokrasi itu sendiri. Sementara yang dimaksud dengan demokrasi prosedural yakni penyelenggaraan demokrasi secara kerja, teknis, aturan dan lain sebagainya. Inilah yang dimaksud pemilu itu,” ujar Iswan.
Dirinya mengajak para peserta diskusi agar tidak terjebak menjalani demokrasi secara seimbang dengan tidak terjebak pada salah satunya saja.
“Kita sebaiknya tidak terjebak dalam demokrasi prosedural tadi, lalu melupakan apa yang menjadi nilai dasar dari demokrasi itu sendiri, pun sebaliknya. Keduanya haruslah berjalan seimbang agar melahirkan output yang tentunya sesuai harapan demokrasi kita,” imbuhnya.
Lebih lanjut, diskusi juga membahas bagaimana praktik politik atau sistem politik yang transaksional. Sistem tersebut tidak akan melahirkan output yang baik, tidak melahirkan gagasan, dan tidak sesuai dengan tujuan diselenggarakannya proses demokrasi tersebut.
“Sistem politik transaksional tidak akan pernah melahirkan gagasan yang baik,” tegas Iswan.
Selain itu, dalam penyelenggaraanya hal yang paling utama dari pemilu tersebut yakni partisipasi masyarakat untuk menyukseskan dan mewujudkan demokrasi. Menurutnya, pemerintah juga tentunya perlu untuk terus memperhatikan pendidikan politik bagi masyarakat agar terlaksananya praktik politik yang sehat dan demokratis.
“Pemilu bukan hanya soal memilih dan dipilih, tapi bagaimana masyarakat secara kolektif mengubah sistem mengarah lebih baik, integrasi yang betul-betul demokratis,” pungkasnya.
Diskusi pun berjalan dengan lancar dan interkatif. Acara yang dihadiri sekitar 25 orang tersebut berasal dari berbagai kalangan mahasiswa, baik intra maupun ekstra-kampus.