JEPARA – Memasuki babak akhir Pemilihan Umum (Pemilu) 2024, sejumlah aktivis baik GUSDURian dan lainnya menyuarakan ketidakpuasan terhadap pemerintah. Pasalnya, mulai dari pimpinan dan kaum elite mencontohkan kemusykilan.
Kemusykilan ini, ditunjukkan Koordinator GUSDURian Jepara, Fuad Fahmi Latif sewaktu menjadi narasumber dalam diskusi yang diselenggarakan di halaman Universitas Islam Nahdlatul Ulama (Unisnu) Jepara, Jawa Tengah.
Pada diskusi yang bertemakan ‘Suara Rakyat untuk Pemilu yang Jujur, Adil, Damai, dan Bermartabat’ serta diikuti 30 sampai 40 peserta dari berbagai elemen, pihaknya mencontohkan kemunduran demokrasi yang diinisiasi oleh kaum elite.
“Penyalahgunaan kekuasaan (abuse of power) sampai praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme atau KKN ditampilkan pada panggung demokrasi pemerintahan saat ini,” papar Fuad Fahmi Latif kepada gusdurian.net, Rabu (7/2/24) sore.
Berangkat dari hal tersebut, pihaknya mengimbau kepada mahasiswa dan masyarakat, supaya mengawasi betul jalannya Pemilu 2024 di Tempat Pemungutan Suara (TPS) agar terpilih pemimpin yang arif dan bijaksana.
“Untuk menjaga kualitas demokrasi secara total memang sulit. Karena sekian sektor sudah diserang oleh kaum elite. Namun, ada satu langkah kecil, yakni dengan sistem kontrol untuk memperbaiki dan mengawasi jalannya pemilu,” lanjutnya.
Sementara itu, Pembina GUSDURian Kabupaten Jepara sekaligus narasumber, Mayadina Rohmi Musfiroh menyampaikan, melalui atraksi elitis di panggung demokrasi dapat menjadi pemicu anak muda yang apatis untuk sadar akan realita.
Mayadina yang juga Dekan Fakultas Syariah dan Hukum di Unisnu Jepara menambahkan, bahwa anak muda tidak bisa hanya diam saja. Supaya terjadi perubahan, tidak bisa mengandalkan uluran tangan orang lain, melainkan diri sendiri.
“Kita harus bangkit sebagai agent of social control. Pemerintah tidak bisa kalau hanya kita beri cek kosong, kita perlu check and balance. Perlu kita awasi dan ingatkan mereka,” ujar Mayadina di sela-sela diskusi hingga 17.00 WIB.
Selanjutnya, diikuti penandatanganan petisi darurat demokrasi oleh keduanya, lalu diikuti Ketua Pengurus Cabang (PC) Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Jepara Arif Mandala Putra dan Wakil Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Unisnu Jepara Chabiburrohman serta puluhan peserta lainnya.