Inayah Wahid dan Roy Murtadho Diskusikan Bahaya Tambang di Forum 17-an GUSDURian Jombang

JOMBANG – Pertambangan selalu menjadi isu krusial karena sudah memakan banyak korban. Terlebih, kini disinyalir organisasi keagamaan juga ikut mengurus pertambangan menjadi pertanyaan banyak pihak.

Maka dari itu, Komunitas GUSDURian Jombang mengadakan kegiatan diskusi Forum 17-an yang bertajuk “Tambang untuk Ormas, Tumbang untuk Rakyat” pada Rabu, 31 Juli 2024. Acara yang bertempat di Museum Islam Indonesia K.H. Hasyim Asy’ari Tebuireng Jombang ini dihadiri oleh putri Gus Dur, Inayah Wahid dan Roy Murtadho dari Front Nahdliyyin untuk Kedaulatan Sumber Daya Alam (FNKSDA) sebagai pengisi materi.

Inayah Wahid mengatakan bahwa ormas keagamaan yang mengurusi tambang sebenarnya keluar dari fungsinya. Inayah dengan tegas menolak ormas keagamaan masuk dalam bagian pendukung pertambangan terlebih mengurusi pertambangan.

Ia menyebut bahwa penolakannya ini dianggap banyak pihak sebagai bentuk pembangkangan, tidak berbaik sangka pada pemerintah. Namun sebaliknya, ia menjelaskan bahwa penolakannya ini adalah bentuk kecintaan pada tanah air.

“Mengapa kita perlu menolak? Karena dalam sejarahnya berkali-kali kita disuguhi kenyataan bahwa lubang bekas tambang telah merenggut nyawa manusia,” ungkap anggota Pokja Keadilan Ekologi Jaringan GUSDURian tersebut.

Baginya tambang sendiri sudah problematik dan membuat Indonesia mengalami kemunduran, karena hari ini negara-negara lain sudah beralih percakapan untuk pindah dari pertambangan dan ke energi terbarukan.

Ia mengatakan yang paling terdampak mudharat adanya pertambangan adalah masyarakat sekitar. Menurutnya, ormas agama mempunyai posisi yang jauh lebih penting untuk menjaga umatnya, membela umatnya, dan mampu melawan korporat-korporat tambang, bukan malah menjadi bagiannya. Ia mengkhawatirkan jika ormas agama nanti tidak lagi menjaga umat, malah menjadi pelindas masyarakat.

“Katanya ormas agama, ujung-ujungnya calo. Jangan-jangan kita bisa dijadikan tukang pukul, itu yang paling menakutkan,” tambahnya.

Sejalan dengan Inayah Wahid, Roy Murtadho mengungkapkan bahwa krisis iklim dan pertambangan sudah tidak perlu diperdebatkan lagi karena mudharat atau dampak buruknya sudah jelas. Ia menyebutkan pertambangan penyumbang penyebab krisis iklim.

“Krisis iklim bukan dibikin-bikin. Karena berkecimpung di praktik dan diskursus lingkungan, saya jadi tahu bahayanya. Saya pernah advokasi tambang, saya diajak ketemu ibu-ibu yang anaknya masuk ke dalam tambang, sekarang jumlahnya semakin banyak,” ujarnya.

Pengasuh Pondok Pesantren Ekologi Misykat Al-Anwar tersebut juga menjelaskan bahwa bekas tambang tidak bisa dikembalikan. Menurutnya, mengambil manfaat dari alam adalah aprosiasi, sedangkan pertambangan adalah bagian dari eksploitasi alam yang artinya perusakan.

Penggerak Komunitas GUSDURian Gresik, Jawa Timur.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *