Tunas Jaringan GUSDURian Akan Digelar Agustus Mendatang, Toleransi dan Ekologi Jadi Isu Utama

Sekretariat Nasional (Seknas) Jaringan GUSDURian akan menggelar Temu Nasional (Tunas) 2025 di Asrama Haji, Pondok Gede, Jakarta pada Agustus mendatang. Hal ini diungkapkan Koordinator Seknas Jaringan GUSDURian Jay Akhmad saat Halalbihalal Jaringan GUSDURian secara daring pada Minggu (27/4/2025) malam. 

Jay, sapaannya, mengungkapkan bahwa Tunas tahun berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Pasalnya, selain Tunas, pada tahun ini juga akan digelar konferensi pemikiran dari putra pasangan KH Abdul Wahid dan Nyai Sholihah itu.

Konferensi pemikiran tersebut, papar Jay, menjadi penting sebab selama ini dialektika pemikiran terjadi di wilayah regional komunitas Jaringan GUSDURian. Di samping itu, dinamika zaman yang terus berkembang meniscayakan pembacaan ulang terhadap pemikiran Gus Dur.

“Di level nasional ini, saya kira penting, kemudian Seknas Jaringan GUSDURian menyelenggarakan Konferensi Pemikiran Gus Dur, yang akan dihadiri sahabat dan murid Gus Dur, akademisi, intelektual di Indonesia sebagai basis dari Jaringan GUSDURian. Dan ini menjadi hal yang baru dari Tunas-Tunas sebelumnya,” jelas Jay, yang tampak mengenakan songkok hitam berlogo GUSDURian.

Pria alumnus Universitas Gajah Mada itu pun menegaskan bahwa Jaringan GUSDURian tetap teguh berada di dalam jalur gerakan sosial. Secara bersamaan, tidak mendukung politik praktis atau elektoral.

“Kemarin (saat pilpres & pilkada) kita diuji, tapi alhamdulillah kita bisa melewati tantangan itu,” ujarnya tampak lega.

Pada tahun ini, forum nasional tiga tahunan itu berfokus pada dua isu utama yakni toleransi dan ekologi. Alissa Wahid mengutarakan, dua isu ini diangkat lantaran melihat adanya peningkatan intoleransi dan kerusakan lingkungan.

Menurutnya, hal tersebut tak bisa dilepaskan dari dinamika politik yang terjadi di Indonesia. Oleh karena itu, ia mengajak ratusan hadirin yang terdiri dari koordinator wilayah, penggerak GUSDURian serta pemuka agama untuk tetap berada dalam barisan perjuangan dan pengabdian.

“Karena itu kita yang sudah berkomitmen untuk menjaga persaudaraan dan Indonesia tidak boleh merasa nyaman, tidak boleh merasa bahwa pekerjaan kita sudah selesai,” ajak perempuan yang juga tokoh dari Gerakan Nurani Bangsa itu.

Agenda lalu dilanjutkan pembacaan puisi berjudul “Jendela Nurani” oleh Ahmad Wasil Mustofa dan ditutup dengan doa lintas iman.

Penggerak Komunitas GUSDURian Ciputat, Tangerang Selatan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *