Orang Muda Lintas Iman dan Gerakan Keberagaman

Situasi keberagaman dan toleransi di Indonesia memiliki ciri khas unik dan kompleks. Negara ini merupakan rumah bagi berbagai suku, agama, dan budaya, yang telah hidup berdampingan selama berabad-abad. Indonesia dapat dipandang sebagai contoh positif dalam menerapkan toleransi antaragama. Meskipun mayoritas penduduknya adalah Muslim, negara ini juga memiliki minoritas yang signifikan dari agama-agama lain seperti Protestan, Katolik, Hindu, Buddha, Konghucu, dan agama-agama Lokal atau biasa disebut dengan Penghayat Kepercayaan. Prinsip Bhinneka Tunggal Ika (berbeda-beda tetapi tetap satu) menjadi pijakan kuat dalam menjaga kehidupan antarumat beragama.  

Keberagaman memang menjadi kekuatan utama dalam membangun identitas bangsa, namun bukan berarti tidak muncul tantangan. Tantangan muncul dalam wujud ekstremisme dan intoleransi agama di beberapa daerah. Mulai dari, meningkatnya jumlah insiden kekerasan dan intoleransi dalam 20 tahun terakhir, meningkatnya jumlah legislasi yang rentan-diskriminasi atas dasar mayoritas-minoritas, menguatnya praktik intoleransi dalam masyarakat umum berangkat dari sikap eksklusif dan ekstremisme dalam beragama, menguatnya kelompok pendukung kekerasan, serta praktik politik berbasis kekuasaan dan kapital. Ini menunjukkan bahwa upaya untuk merawat keberagaman dan toleransi harus terus ditingkatkan, baik melalui pendidikan, dialog antarkelompok, maupun kebijakan yang inklusif. 

Indonesia memiliki landasan kuat untuk menjadi negara yang toleran dan inklusif. Seperti halnya disampaikan oleh Gus Dur bahwa Indonesia ada karena keberagaman. Keberagaman adalah alasan keberadaan Indonesia. Kalau tidak ada keberagaman, tidak perlu ada Indonesia. Maka perlu kerja keras dari semua pihak untuk mengatasi tantangan dan membangun masyarakat lebih harmonis dan berkeadilan, di mana setiap individu merasa dihormati dan diakui dalam keberagaman. Upaya organisasi masyarakat sipil, individu, dan pemerintah untuk mempromosikan dialog antaragama, dan untuk melindungi hak-hak minoritas, sangat penting dalam memastikan bahwa Indonesia tetap menjadi contoh harmoni dalam keberagaman yang berkeadilan. Penegakan hukum yang adil harus terus ditingkatkan, penghormatan terhadap perbedaan, pendidikan tentang nilai-nilai toleransi, dan termasuk melibatkan orang-orang muda lintas iman dalam merawat keberagaman dan toleransi. 

Keterlibatan orang muda lintas iman dalam mengawal keberagaman dan toleransi di Indonesia adalah sebuah keharusan dan potensi besar bagi masa depan bangsa ini. Orang muda tidak hanya merupakan pemimpin masa depan, tetapi juga agen perubahan yang memiliki kepekaan terhadap nilai-nilai inklusif dan saling menghormati. Orang muda memiliki kesempatan untuk memperluas wawasan dan membangun pemahaman lebih dalam tentang keberagaman agama dan budaya di Indonesia.  

Ada tiga agenda besar yang bisa dilakukan orang muda lintas iman dalam merawat keberagaman. Pertama, promosi toleransi dan keberagaman. Toleransi adalah kerja gerakan tiada henti karena generasi terus berganti. Harapannya agar semakin banyak orang muda terpapar dan terlibat dalam gerakan toleransi dan keberagaman. Kedua, konsolidasi jejaring lintas iman. Kerja-kerja toleransi tidak bisa dikerjakan secara sendiri untuk mendapatkan hasil yang optimal. Diperlukan satu konsolidasi gerakan jejaring sehingga gerakan lintas iman di kalangan anak muda semakin banyak bermunculan komunitas-komunitas yang fokus pada gerakan toleransi dan keberagaman. Ketiga, melakukan advokasi. Hal ini bagian dari kerja-kerja toleransi tidak hanya bicara soal harmoni dan kerukunan saja tetapi juga bagaimana menegakkan hak konstitusi warga negara melalui regulasi. Memastikan negara memenuhi hak-hak warga negaranya dan selalu hadir di tengah-tengah warga. 

Orang muda lintas iman dalam merawat toleransi dan keberagaman merupakan gambaran komitmen terhadap prinsip-prinsip demokrasi dan hak asasi manusia. Orang muda memperjuangkan keadilan sosial dan kesetaraan bagi semua warga negara, tidak peduli latar belakang agama atau budaya mereka. Dalam konteks ini, orang muda tidak hanya menjadi representasi harapan untuk masa depan yang lebih baik, tetapi juga inspirasi bagi generasi muda lainnya untuk turut serta dalam membangun masyarakat lebih inklusif dan berkeadilan. Gus Dur sudah meneladankan, saatnya kita melanjutkan.

Koordinator Sekretariat Nasional Jaringan GUSDURian.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *