PEKALONGAN – Putri sulung Gus Dur, Alissa Wahid hadir pada kegiatan Panggung Budaya dalam rangka Haul Gus Dur ke-15 yang digelar di Gedung Student Center UIN KH. Abdurrahman Wahid Pekalongan, Kamis (13/2/2025).
Dalam orasinya, Ning Alissa mengajak hadirin terutama civitas akademika UIN Gus Dur untuk ikut meneladani Gus Dur. Menurutnya, meneladani Gus Dur bisa dari yang besar-besarnya, tapi juga bisa dari sikap-sikap yang selama ini diajarkan oleh Gus Dur.
“Kita bisa mencontoh Gus Dur sebagai pribadi yang memanusiakan manusia, yang adil terhadap sesama, menjadi orang yang tidak takut pada perbedaan, tidak takut pada orang yang berbeda, tidak hidup dengan merasa terancam. Kita hanya perlu menjadi orang yang baik supaya kita juga bisa menjadikan kehidupan kita bersama menjadi baik,” ucapnya.
Disampaikan pula olehnya, semua orang bisa mempelajari Gus Dur dari rekam jejaknya, juga bisa mempelajari sosoknya, yang tukang guyon itu, juga bisa mempelajari proses beliau menjadi seorang Gus Dur.
“Dari titik-titik tersebut kita bisa melihat bahwa sebetulnya yang menghidupkan seorang Gus Dur adalah nilai-nilai yang diyakininya terutama nilai ketauhidannya. Yang paling dalam bagi beliau adalah keyakinan bahwa sebagai hamba Allah tugasnya adalah untuk mewujudkan Islam rahmatan lil alamin. Makanya beliau ke mana-mana selalu mengingatkan Islam rahmatan lil alamin, bukan Islam rahmatan lil muslimin. Itu yang selalu beliau bawa ke mana-mana, bahwa Islam harus menjadi sumber kebaikan, sumber kemaslahatan, untuk semesta,” jelas Alissa.
Direktur Jaringan GUSDURian itu juga menekankan pentingnya meneruskan perjuangan ayahnya dalam membangun Indonesia yang adil, toleran, dan menghargai keberagaman.
“Semoga di UIN Pekalongan tidak terjebak dengan nama Gus Dur, tetapi dengan substansinya. Semoga agama bisa menjadi sumber inspirasi dimulai dari UIN Gus Dur Pekalongan ini. Semoga Islam dihidupkan menjadi selimut rahmat bagi semestanya UIN Gus Dur dan semakin meluas jadi kemaslahatan semesta,” imbuh Alissa.

Sementara itu dalam sambutannya, Rektor UIN K.H. Abdurrahman Wahid, Zaenal Mustakim menyampaikan berpesan agar seluruh masyarakat terus menjaga dan merawat kebhinekaan.
“Mari kita lanjutkan perjuangan Gus Dur. Mari kita rawat kebhinekaan ini. Jangan biarkan perbedaan menjadi sekat, tetapi jadikanlah ia jembatan yang menghubungkan hati kita semua. Semoga dengan peringatan haul ini, kita semakin mencintai perbedaan, menghargai sesama, dan terus memperjuangkan nilai-nilai kemanusiaan yang telah diwariskan oleh Gus Dur,” jelas pria yang akrab disapa Prof. Zaenal tersebut.
Pada kesempatan ini, rektor bersama dengan Alissa Wahid juga meresmikan Gus Dur Center for Humanitarian Studies, sebuah pusat kajian kemanusiaan yang didedikasikan untuk melanjutkan pemikiran dan perjuangan Gus Dur dalam bidang kemanusiaan, toleransi, dan keadilan sosial.
Acara juga dimeriahkan oleh Abah Kirun (sahabat Gus Dur) yang menyampaikan tausiyah (ceramah) mengangkat kisah-kisah inspiratif dan humor khas Gus Dur. Selain itu, ada pula sesi testimoni tentang Gus Dur yang disampaikan oleh tokoh-tokoh lintas agama. Pendeta Dr. Martin Sinaga dan Romo Fransiskus Asisi Teguh Santoso berbagi pandangan tentang nilai-nilai kebersamaan dan kemanusiaan yang diwariskan oleh Gus Dur, khususnya dalam membangun persaudaraan lintas agama dan kebangsaan.
Acara yang mengangkat tema “Refleksi Jejak Pemikiran Gus Dur dalam Kebhinekaan” turut dihadiri Kakanwil Kemenag Jawa Tengah, jajaran pejabat Kabupaten Pekalongan, Rektor PTKIN Jawa Tengah, tokoh lintas agama, sivitas akademika UIN Gus Dur, serta masyarakat umum yang ingin mengenang sosok KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) sebagai tokoh pluralisme dan kemanusiaan.