Maulid Nabi di Vihara Jadi Simbol Kerukunan Umat Beragama di Semarang

SEMARANG – Komunitas GUSDURian UIN Walisongo Semarang bersama tokoh dan perwakilan lintas agama menggelar peringatan Maulid Nabi di Aula Vihara Tanah Putih, Jomblang, Candisari, Kota Semarang, Jawa Tengah pada Kamis malam (11/09/2025).

Acara dengan tema “Meneladani Akhlak Nabi untuk Merawat Keberagaman” – yang tidak hanya dihadiri oleh umat Islam ini –terselenggara berkat kerja sama antara GUSDURian UIN Walisongo, HMJ Studi Agama-agama (SAA) UIN Walisongo, Persaudaraan Lintas Agama (Pelita), dan Vihara Tanah Putih Semarang. 

Diperkirakan lebih dari 50 orang hadir dan datang dari berbagai komunitas plural lintas agama di Kota Semarang.

Pelaksanaan Maulid ini dilakukan di aula vihara, bukan di ruang Dhammasala sebagai tempat ibadah utama umat Buddha. Pemilihan aula sebagai lokasi acara menunjukkan adanya penghormatan terhadap fungsi ruang ibadah sekaligus wujud keterbukaan pihak vihara dalam mendukung kegiatan lintas agama.

Menurut Mimi, salah satu perwakilan lintas iman mengatakan kegiatan semacam ini sangat berdampak positif terhadap persatuan masyarakat. 

“Setiap ada acara lintas agama, pasti kami diundang, dan masyarakat dari beragam agama hadir. Kalau bisa, kegiatan seperti ini terus ditingkatkan agar lebih rukun dan tidak terjadi perpecahan seperti di luar sana. Tanggung jawab menjaga ketenteraman negara sekarang ada di anak muda,” ujarnya.

Ia juga menilai, mengadakan Maulid Nabi di vihara merupakan langkah luar biasa dari kalangan mahasiswa. 

“Harapan saya, jangan kapok datang ke rumah ibadah agama lain. Walaupun tidak untuk beribadah, hadir di acara seperti ini sangat berarti. Bahkan, suatu hari nanti mungkin perayaan keagamaan Islam bisa juga diselenggarakan di Katedral,” tambahnya.

Sementara itu, Ahmad Sajidin anggota GUSDURian Semarang menilai acara ini memiliki makna historis yang mendalam. 

“Nabi Muhammad SAW adalah pembawa pesan perdamaian, tidak hanya bagi umat Islam tetapi juga untuk seluruh alam. Praktik semacam ini baik untuk mewujudkan perdamaian, sekaligus menghidupkan sila ketiga Pancasila, yakni Persatuan Indonesia, dengan mempersatukan umat beragama dan kepercayaan,” jelasnya.

Ia berharap kegiatan lintas agama tidak berhenti pada seremoni, tetapi berkembang menjadi gerakan sosial nyata. 

“Kalau kita bersatu dalam berbagai elemen agama dan kepercayaan, akan lebih mudah mengembangkan Kota Semarang dalam bidang apa pun. Syarat untuk maju itu rukun dulu,” pungkasnya.

Acara Maulid Nabi di vihara ini menjadi bukti bahwa kerukunan dapat terwujud melalui keterbukaan, keberanian untuk berinteraksi lintas iman, serta semangat meneladani Rasulullah sebagai pembawa perdamaian.

Penggerak Komunitas GUSDURian UIN Walisongo Semarang.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *