Kunjungi Rumah Kemanusiaan GUSDURian, 20 Mahasiwa UIN Kediri Beri Konseling pada Para Lansia

KEDIRI – Rumah Kemanusiaan GUSDURian Mojokutho Pare, Kediri, menjadi ruang pembelajaran cinta kasih bagi sejumlah mahasiswa Tasawuf dan Psikoterapi (TP) Universitas Islam Negeri (UIN) Syeikh Wasil Kediri.

Pada kesempatan itu, 20 mahasiswa dari UIN Kediri melaksanakan kunjungan untuk berinteraksi dan melakukan pendekatan awal konseling kepada para orang tua lanjut usia (lansia) yang tinggal di rumah tersebut, Minggu (23/11/2025).

Ketua kelas dari UIN Kediri, Rahmatul Layly Isroah mengungkapkan, kunjungan ini menjadi pengalaman berbeda. Bagi mereka, konseling tidak hanya dilakukan kepada sebaya, tetapi juga harus mampu menyentuh perasaan para orang tua.

“Orang tua cenderung sensitif. Jadi kita harus lembut dan penuh pengertian. Pendengaran mereka juga ada yang kurang, jadi kita harus berkomunikasi lebih jelas,” ujar Rara, sapaannya.

Menurutnya, tindakan sederhana seperti menyapa pun bisa berkembang menjadi momen berharga bagi lansia. Hal tersebut, kata dia, dapat membuat ikatan emosional antara lansia dengan yang lainnya dan sedikit mengalihkan beban yang ada dalam pikiran.

“Niatnya cuma menyapa, eh mbah-nya (nenek) minta salim (berjabat tangan). Mereka butuh perhatian, dan kita harus mengerti kebutuhannya,” kata dia.

Rara mengaku, awalnya hanya melihat panti jompo seperti tempat penuh kesedihan dan penderitaan. Namun sesampainya di Rumah Kemanusiaan GUSDURian kesannya berubah total, pasalnya penuh canda tawa dan kebahagiaan.

“Selama ini hanya tahu di media sosial (medsos), tapi di sini (Rumah Kemanusiaan GUSDURian) berbeda. Ternyata fasilitasnya bagus banget. Nyaman dan semua kebutuhan baik fisik dan emosional terpenuhi,” jelasnya.

Lebih lanjut, sewaktu proses pendampingan, mahasiswa menangkap gambaran besar mengenai kondisi lansia -bukan hanya fisik, namun juga mental dan emosional. Sehingga lansia yang kesepian meski diajak ngobrol tidak nyambung, Rara tetap menyesuaikan supaya orang tua lansia tetap merasa ditemani.

Sementara itu, Koordinator Sinau Bareng GUSDURian (Sibagus) Mojokutho, Pare, Kediri, Asri Wulandari menyampaikan apresiasinya atas kunjungan mahasiswa UIN Kediri, karena telah mencoba berinteraksi dengan sejumlah lansia dengan sabar dan penuh perhatian.

Menurut Aas, Rumah Kemanusiaan GUSDURian merupakan ruang layanan kemanusiaan berbasis nilai-nilai Gus Dur, seperti kemanusiaan, keberpihakan pada minoritas, dan penghormatan martabat manusia, khususnya para lansia yang membutuhkan perhatian.

“Kami berterima kasih sudah datang ke Rumah Kemanusiaan GUSDURian Mojokutho Pare untuk bertemu dan mengunjungi para lansia di sini,” kata Aas, sapaannya.

Lebih lanjut, ia menginformasikan, Sibagus GUSDURian Mojokutho Pare Kediri menjalankan sejumlah program pendampingan berkelanjutan, seperti mengaji, kelas bahasa Inggris, serta pelajaran umum bagi anak-anak marjinal atau yang putus sekolah.

“Kami mengaji setiap Selasa di Rumah Kemanusiaan, Jumat dan Sabtu untuk anak-anak, dan ada kelas bahasa (Inggris) maupun pembelajaran umum untuk meningkatkan kemampuan dasar bagi anak-anak marjinal,” pungkasnya.

Terakhir, usai temu bareng lansia dan sarasehan dengan sejumlah anggota GUSDURian Mojokutho, Pare, Kediri, agenda dilanjutkan makan bersama. Rawon hasil masakan Keluarga Founder Sanggar Lansia (Rumah Kemanusiaan), Anugerah Yunianto (Antok Mbeler) menjadi penutup pertemuan ini.

Jurnalis. Penggerak Komunitas GUSDURian Jepara, Jawa Tengah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *