Social Media

Choir Garis Lucu untuk Hari Santri Nasional

Akun humor Katolik Garis Lucu (@KatolikG) memeriahkan Hari Santri Nasional yang jatuh pada 22 Oktober lalu dengan cara yang cukup “niat”. Mereka tidak sekadar membuat poster ucapan bertuliskan “Selamat Hari Santri Nasional”. Mereka justru membentuk kelompok paduan suara virtual, khusus untuk mempersembahkan nyanyian “Ya Lal Wathon”.

Paduan suara yang diberi nama Choir Garis Lucu ini digagas dengan cukup matang. Undangan untuk meramaikan paduan suara suara virtual sudah disebarkan di Twitter sejak awal bulan Oktober. Akun ini membuka kesempatan kepada seluruh pengikutnya untuk ikut meramaikan inisiatif ini. Ternyata cukup banyak personil yang berhasil digaet dalam proyek insidental ini.

Mereka datang dari berbagai latar belakang dan saling mengisi dalam kelompok paduan suara. Para volunteer Katolik yang sudah terbiasa dengan paduan suara mengajari volunteer lainnya membaca not dan membagi vokal dalam kelompok suara sopran, alto, tenor, dan bass. Sedangkan volunteer Muslim atau yang berlatar belakang santri membimbing cara pelafalan lirik berbahasa Arab dengan tepat kepada para volunteer lainnya.

Setelah sibuk mempersiapkan diri dan menjalankan proses rekaman selama kurang lebih dua minggu, kelompok paduan suara ini benar-benar “tampil” pada Hari Santri Nasional di kanal Youtube Katolik Garis Lucu. Mereka menyuguhkan “Ya Lal Wathon” dengan gubahan yang berbeda dengan yang biasanya didengar. Aransemen lagu ini sedikit dirombak sehingga memiliki cita rasa khas paduan suara.

Ragam vokal dari keempat kelompok suara terbagi dengan pas dalam porsinya masing-masing. Tidak ada satu kelompok suara yang tampil lebih dominan dan menenggelamkan kelompok suara lainnya. Semua berpadu untuk menyanyikan lagu ini dengan apik.

Keberagaman tersebut tak hanya terdengar, tetapi juga terlihat secara visual. Personil Choir Garis Lucu yang laki-laki ada yang tampil dengan peci dan baju koko. Namun ada pula yang mengenakan kemeja dengan collar, identitas khas pakaian seorang pastor. Sedangkan personil perempuan banyak yang mengenakan jilbab. Akan tetapi, tak sedikit pula yang tampak mengenakan mantilla, kerudung doa bagi perempuan dalam tradisi Katolik.

Makin istimewa lagi karena mantan Menteri Agama Republik Indonesia, Lukman Hakim Saifuddin, ikut serta ambil bagian pula dalam kegiatan ini. Beliau tampak menyanyikan bait pembukaan lagu “Ya Lal Wathon” bersama dengan para pastor dan kyai.

Di tengah kondisi bangsa yang tengah kusut masai seperti sekarang, bisa saja kelompok paduan suara ini mengklaim diri mereka menghadirkan kerukunan beragama. Agaknya kita dapat lebih mafhum akan hal tersebut daripada klaim sepihak Kantor Staf Presiden (KSP) yang beberapa waktu lalu menyebutkan pernyataan serupa. Untungnya, Choir Garis Lucu terlalu rendah hati dan non-politis untuk mengambil sikap menepuk dada seperti KSP.

Namun tetap saja kita perlu mengapresiasi setiap gestur kebersamaan sebagai berita yang menyejukkan. Kita layak menghargai niat baik yang ditunjukkan oleh kelompok paduan suara dadakan ini untuk menunjukkan persaudaraan antarumat beragama di Hari Santri Nasional.

Tentu kita tidak bertepuk tangan karena Choir Garis Lucu telah mempersembahkan sebuah karya komposisi musikal yang luar biasa. Kita tidak sekadar memberi apresiasi atas suguhan penampilan paduan suara virtual mereka yang tersaji dengan apik.

Lebih dari itu, kita menghargai gestur tersebut sebagai cara mereka merawat keberagaman sekaligus menunjukkan rasa cinta mereka terhadap negara. Meskipun terang benderang sebagian dari anggota paduan suara ini bukan merupakan kaum santri.

Seperti kata Lukman Hakim Saifuddin dalam cuitannya di Twitter, “Lagu tsb mengajak kita mencintai Tanah Air, tak hanya ditujukan kepada santri, juga bagi semua warga bangsa, apapun suku, etnis, dan agamanya.

Penggerak GUSDURian Jakarta. Alumnus Fisipol Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.