Social Media

GUSDURian dan LAPAR Gelar Forum Bulanan: Bedah Tokoh Gus Dur & Filep Karma

Komunitas GUSDURian Makassar dan LAPAR (Lembaga Advokasi dan Pendidikan Anak Rakyat) Sulsel menggelar diskusi Forum Bulanan dengan tajuk “Gus Dur dan Filep Karma: Dialog Tanpa Senjata” yang dilaksanakan di Kantor LAPAR Sulsel, Jl. Toddopuli 7 Stp.2 No. 8, Makassar pada Sabtu (5/11/2022).

Forum bulanan ini menghadirkan narasumber Subhadin yang merupakan Staf Divisi Advokasi dan Pendidikan LAPAR Sulsel dan Walfer yang merupakan Aliansi Mahasiswa Papua. Kegiatan ini dimoderatori oleh Susan Alwia yang merupakan Penggerak Komunitas GUSDURian Makassar.

Forum bulanan kali ini membahas tentang dua tokoh penting, Gus Dur dan Felip Karma yang cukup memberi pengaruh pada perjalanan bangsa. Dua tokoh yang masing-masing punya peran penting dalam memperjuangkan keadilan dan kesetaraan untuk kemanusiaan tanpa pendekatan kekerasan. Sabhadin memulai forum dengan menceritakan kisah Gus Dur pada saat berkunjung ke Papua.

“Ada pernyataan Gus Dur yang menarik pada saat ia mengunjungi Papua. Pada saat itu menjelang Natal dan Tahun Baru 2001, Gus Dur ingin melihat matahari terbit pertama bersama rakyat Papua. Padahal Gus Dur sendiri tidak bisa melihat matahari karena penglihatannya terganggu. Menurut saya, apa yang disampaikan Gus Dur punya makna semiotik tertentu, bukan hanya melihat matahari terbit dari sana tetapi menginginkan satu perubahan yang besar melalui pendekatan kemanusiaan. Gus Dur ingin menyampaikan bahwa ia begitu cinta dengan rakyat Papua,” ungkap Sabhadin.

Di sisi lain, Walfer mengharapkan agar dialog yang dilakukan bersama GUSDURian dan LAPAR Sulsel ini bisa bergerak sesuai dengan apa yang dicita-citakan oleh Gus Dur dan Filep Karma.

“Bagi saya perjuangan Gus Dur dan Filep Karma itu merupakan utang bagi kita anak muda untuk berjuang mencapai kebebasan dan kemanusiaan yang dicita-citakan oleh Gus Dur dan Filep Karma, terkhusus untuk teman-teman Papua itu sendiri,” harapnya.

Budes, salah satu peserta diskusi, mengungkapkan bahwa dengan berdialog setidaknya teman-teman dari Papua memiliki tempat untuk memberikan gagasan mereka ke orang lain.

“Dalam berdialog, Gus Dur dan Filep Karma telah selesai dengan prinsip kemanusiaan dan demokrasi. Gus Dur pernah mengatakan, ‘Yang lebih penting dari politik adalah kemanusiaan’. Dan apa yang dikatakan oleh Gus Dur ini ketika kita lihat diskusinya dengan Filep Karma sangat menjunjung tinggi demokrasi, keadilan dan kesetaraan yang harus dijamin untuk semua masyarakat Indonesia, termasuk juga Papua di dalamnya,” ungkapnya saat diskusi bersama di kantor LAPAR Sulsel.

Forum ini ditutup dengan saling bertukar cenderamata dari Penggerak GUSDURian Makassar dan Aliansi Mahasiswa Papua.

Penggerak Komunitas GUSDURian Makassar, Sulawesi Selatan.