Komunitas Gitu Saja Kok Repot (KGSKR) GUSDURian Pasuruan mengadakan Kajian Gus Dur edisi April dengan tema “Agama di TV dan dalam Kehidupan.” Diskusi ini dilaksanakan pada hari Rabu (27/4) pukul 20.00 sampai 22.00 WIB secara daring melalui Zoom meeting.
Tema kali ini diambil bertepatan dengan bulan suci Ramadan. Menurut salah satu penggerak komunitas Fahri Muhammad, dalam tema tulisan Gus Dur kali ini mengajak kita merefleksikan makna “Baldatun tayyibatun wa rabbun ghafûr” (negara yang baik dan Tuhan yang Maha Pengampun).
Dalam kajian ini menghadirkan dua pemantik, yaitu Masruro selaku Co-Koordinator GUSDURian wilayah Jatim dan Khoridatul Bahiyyah selaku penggerak komunitas.
“Gus Dur dalam tulisannya mencoba memperlihatkan tiga permasalahan. Pertama, negara belum bisa hadir dalam kesulitan rakyat terkait permasalahan jema’ah haji. Kedua, negara tidak menganggap penting perihal problem perempuan. Ketiga, secara struktural, negara masih melihat mayoritas dan minoritas,” ungkap Masruro tentang tulisan itu.
Masruro menekankan pada poin negara tidak menganggap penting perihal problem perempuan. Hal itu dibuktikan dengan proses perjalanan panjang dan berliku pengesahan UU TPKS (Tindak Pidana Kekerasan Seksual).
Senada dengan itu, Khoridatul Bahiyyah juga menekankan tiga poin tersebut terkait tulisan Gus Dur. “Apa yang tampak di permukaan itu memiliki suatu struktur panjang. Dalam hal ini, pertama adalah perihal jemaah haji. Melihat konteks hari ini, beruntung sudah ada pendampingan khusus untuk jema’ah, atau yang sering kita ketahui dengan Manasik Haji,” ujarnya.
Rida, sapaan akrabnya, menambahkan bahwa tulisan ini juga membahas hubungan antara Islam dengan negara. Yaitu membahas struktur masyarakat yang hendak didirikan, yang secara inheren menyangkut keadilan, dan proses menuju baldatun tayyiban yang ditempuh dengan perjuangan panjang.