Social Media

Gelar Cangkrukan Gus Dur, GUSDURian Jogja: Benarkah Ilmu Pengetahuan untuk Tujuan Kemanusiaan?

Komunitas GUSDURian Jogja kembali mengadakan Cangkrukan Pemikiran Gus Dur di Pendopo Griya GUSDURian, Sorowajan pada Jumat, 21 Juli 2023. Cangkrukan edisi ketiga bulan Juli ini mengangkat topik sekaligus tulisan Gus Dur berjudul ­“Sanggupkah Kita Mengabdi Kepada Kemanusiaan?”

Pemantik diskusi pada cangkrukan kali ini adalah Hamada Hafidzu, salah satu penggerak GUSDURian Jogja dan dipandu oleh Siva Ramadina sebagai moderator.

Dalam tulisannya yang dijadikan materi diskusi ini, Gus Dur membuka dengan cerita tentang kegigihan dua orang peneliti ilmu terapan. Hafidzu mengungkapkan bahwa ilmu terapan merupakan salah satu faktor kemajuan negara.

“Salah satu yang menentukan kemajuan negara adalah teknologi dan ilmu terapan,” ujar Hafidzu pada awal-awal menyampaikan pandangannya.

Namun, ada pergeseran tujuan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan, lanjut Hafidzu, yang pada mulanya untuk kemanusiaan justru berbalik memusnahkan manusia. Dirinya mencontohkan awal mula diciptakannya bom atom. Oppenheimer yang dikenal sebagai Bapak Bom Atom mungkin tidak pernah membayangkan sebelumnya bahwa teknologi dan ilmu pengetahuan yang ia ciptakan justru bukan menyelamatkan manusia, tetapi menghilangkan banyak nyawa manusia di Hiroshima dan Nagasaki kala itu.

Dendy Mifta, salah satu peserta yang saat ini menempuh studi di Fisipol UGM menimpali, “Ilmu pengetahuan dan teknologi tidak berpusat pada kegunaannya, tetapi lebih kepada untuk dan siapa yang menggunakan.” Dendi juga kembali memberikan pertanyaan, apakah ilmu pengetahuan dan teknologi sebenarnya untuk menyelamatkan manusia atau menyingkirkan manusia lain?

Adapun dalam konteks di Indonesia, Moh. Rivaldi Abdul juga memberikan tanggapan bahwa sebenarnya dalam bidang apa pun ilmu pengetahuan harus dilandasi dengan nilai-nilai ketuhanan dan kemanusiaan. Menariknya, Rivaldi menanggapi beberapa pertanyaan atas concern pemerintah atas ilmu pengetahuan dan teknologi ini dengan menyebutkan BRIN sebagai contoh.

“Salah satu kemajuan dalam hal ini adalah BRIN yang tidak eksklusif terhadap salah satu bidang tertentu,” ungkap Rivaldi.

Terbukanya BRIN terhadap berbagai bidang keilmuan dan partisipan disebut oleh Rivaldi sebagai salah satu bentuk kemajuan atas ilmu pengetahuan dan teknologi. Menarik kemudian bahwa dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi ini, Gus Dur memiliki rasa optimisme atas Indonesia di masa depan dengan keyakinan Indonesia akan mampu membenahi KKN dan pengelolaan sumber daya.

“Optimisme Gus Dur atas Indonesia di masa depan itu kiranya tinggal kita mau memilih yang mana sebagai contoh, apakah seperti Cina dengan kuantitas tinggi ataukah Taiwan dengan kualitas tinggi?” timpal Wasil, salah satu penggerak GUSDURian Jogja, sembari menutup diskusi yang berbarengan dengan waktu maghrib tersebut.

Penggerak Komunitas GUSDURian Jogja.