Social Media

Author: Hikmat Budiman

HomeHikmat Budiman
Hikmat Budiman

Hikmat Budiman

Direktur Eksekutif dan Peneliti di Populi Center, Jakarta.

Meskipun mungkin akan terkesan terlampau mengada-ada bahkan ahistoris untuk mengatakan bahwa riwayat kekuasaan politik pada sebuah masyarakat senantiasa berulang dalam pola yang relatif sama untuk jangka waktu yang sangat lama, tapi untuk konteks politik Indonesia kontemporer, pernyataan seperti itu tampaknya tetap tidak bisa dikesampingkan begitu saja. Ketika Soeharto mengundurkan diri dari jabatannya tanggal 21 Mei …

by

Kekuasaan dan kemuliaan pada mulanya boleh jadi merupakan dua wilayah yang berbeda sama sekali. Untuk keperluan tulisan ini cukuplah dikatakan bahwa, kalau yang pertama berasosiasi pada otoritas dan kepatuhan, yang kedua berasosiasi pada keagungan dan penghormatan. Kuasa mengisyaratkan kemampuan mempengaruhi bahkan memaksa pihak lain untuk melakukan sesuatu, kemuliaan mengisyaratkan aura, semacam getar ganjil yang menerbitkan …

by

Dalam tradisi sosiologi, terbentuknya negara modern merupakan bagian dari proses rasionalisasi. Bagi Max Weber, misalnya, rasionalisasi adalah rangkaian sistematik operasi rasionalitas pada konteks sosial dan kebudayaan. Proses ini berlanjut menjadi modernisasi pada level kemasyarakatan melalui perluasan dan diferensiasi ekonomi kapitalis serta munculnya negara modern. Modernisasi, dengan demikian, mencakup pembentukan perusahaan-perusahaan kapitalis yang bersifat publik dan …

by

Abdurrahman Wahid adalah kontoversi di dalam dirinya sendiri. Bahkan ketika tahta tertinggi telah direnggutkan darinya ia tetaplah sebuah kontroversi. Bagi orang seperti Wimar Witoelar, kegagalan Wahid mengelola kekuasaan lebih karena ia tidak bisa diimbangi secara cerdas oleh masyarakatnya. Untuk orang tipe Amien Rais, kegagalan yang sama justru timbul karena faktor Wahidnya sendiri. Kalau sikap Wimar …

by

“Tiga surat kabar yang memusuhijauh harus lebih ditakuti daripada seribu bayonet.”(Napoleon Bonaparte) Saya yakin Abdurrahman Wahid pasti membaca George Orwell. Dalam karya distopiannya, 1984, Orwell memperlihatkan bagaimana sebuah kuasa total diterjemahkan secara konkret menjadi pelbagai operasi pengawasan visual (visual surveillance). Kekuasaan jadi tampak bersifat omnipresent, hadir di mana-mana, melotot tajam melalui telescreen raksasa. Kalimat “Big …

by