Social Media

Kunjungi Gereja Katedral Keluarga Kudus, GUSDURian Banjarmasin Adakan Dialog untuk Peringati Haul Gus Dur ke-12

GUSDURian Banjarmasin bersama jejaring lintas iman berkesempatan mengunjungi Gereja Katedral Keluarga Kudus untuk mengenal lebih dekat Katolik di Banjarmasin. Kunjungan tersebut masih dalam rangka memperingati Festival Bulan Gus Dur yang dilaksanakan pada hari Rabu, 12 Januari 2022.

Kegiatan itu tentunya tidak hanya sekadar berkunjung, melainkan juga saling berdialog antarsesama jejaring lintas iman dan tokoh pemuka agama Katolik yang hadir. Dialog diharapkan bisa menjadi medium untuk berbagi rasa dan saling bersinergi dalam kemanusiaan.

Kunjungan ini merupakan kunjungan GUSDURian Banjarmasin ke tempat ibadah yang ketiga. Saat kunjungan di Katedral itu, sesi dialog dipandu oleh Nur Ana Mila (GUSDURian Banjarmasin) bersama pemuka agama Katolik, yakni Fr. Yohanes Chandra Sekar Bayu Putra Amuna, MSF dan Abdon Winarko, S.S selaku Penyuluh Agama Katolik. Pak Abdon menceritakan sejarah Gereja Katedral Keluarga Kudus yang diresmikan pada 28 Juni 1931 dan dibangun berdasarkan arsitektur Eropa tersebut.

“Apakah Katolik selaras dengan 9 nilai utama Gus Dur?” tanya salah seorang peserta di sela-sela dialog. Menjawab pertanyaan tersebut, pak Abdon menegaskan bahwa pada intinya keduanya selaras.

“Puncak ajaran Katolik adalah Tuhan (ketauhidan). Jika kita beriman, maka perlu tindakan yang nyata seperti kasih sayang pada sesama manusia (berkemanusiaan) dan semua ciptaan-Nya, sehingga perlu ada perjuangan (keksatriaan) dan keselarasan dengan adat istiadat setempat (kearifan tradisi),” terang pak Abdon.

Ia kemudian mengajukan pertanyaan kepada peserta jejaring lintas iman tentang pandangan masing-masing terhadap Katolik dan saran untuk orang-orang Katolik.

Menurut Nur Ana Mila, kesan pertamanya mengenal orang Katolik yaitu sangat menyenangkan, meski awalnya ragu karena ia mengira semua orang Katolik adalah kelas menengah atas, sehingga memilih menjaga jarak dalam berteman. Namun ternyata ketika berkesempatan berkegiatan bersama beberapa kali, Ana merasa penganut Katolik sangat menyenangkan.

“Ketika kami melakukan hal sekecil apa pun, mereka sangat mengapresiasi itu. Para pastornya juga sangat rendah hati,” ungkap Ana. Ia juga mengaku bahwa pernah mendapat beasiswa selama satu semester dari orang Katolik.

“Intinya bagaimana harus bersikap dan belajar bagaimana berkehidupan bersama orang Katolik,” tutupnya.

Sebelum sesi dialog berakhir, moderator meminta peserta jejaring lintas iman untuk memimpin doa penutup, yang diwakili oleh koh Haris (OMK St. Don Bosco). Setelah sesi doa, acara dilanjutkan dengan berkeliling gereja. Selama proses berkeliling, Fr. Chandra dam pak Abdon menjelaskan tentang ornamen-ornamen dan segala hal yang ada dalam gereja tersebut, seperti misalkan ruang tempat penebusan dosa. Selain bangunan gereja, rombongan pengunjung juga diajak menelusuri tempat kedua, yaitu goa tempat untuk berdoa umat Katolik.

Koordinator GUSDURian Banjarmasin berharap dengan adanya kegiatan-kegiatan seperti ini, sesama umat beragama mampu merawat keberagaman di Banjarmasin, khususnya di kalangan anak muda.

“Karena di tangan anak muda inilah masa depan akan terwujud. Di samping itu, mengenalkan keberagaman sama dengan mengajarkan perdamaian, lebih khusus di tanah Banjar ini,” pungkasnya.

Penggerak Komunitas GUSDURian Banjarmasin, Kalimantan Selatan.