Jaringan GUSDURian menggelar Workshop Penguatan Kapasitas Pemimpin Agama dalam Pengelolaan Keberagaman. Sekitar 80 orang pemimpin agama lintas iman/kepercayaan berkumpul di sebuah hotel di kawasan Depok pada 24-26 Juni 2022 lalu.
Para pemimpin agama ini berasal dari Jawa Timur, Jawa Barat, DIY, Jawa Tengah, dan Kalimantan. Selama tiga hari mereka mendapatkan penguatan kapasitas terkait keberagaman dan juga perjumpaan dengan mereka yang berbeda.
“Kita akan membahas apa yang menjadi concern kita bersama tentang keberagaman keindonesiaan. Seperti yang kita tahu semuanya, almarhum Gus Dur mengatakan Indonesia ada karena keberagaman. Jika keberagaman hilang maka Indonesia juga akan hilang,” ungkap Suraji, penanggung jawab acara, dalam pembukaan workshop (26/02).
Para pemimpin agama ini dipilih dari beragam latar belakang agama/kepercayaan mengingat warisan Gus Dur sebagai orang yang melakukan inisiasi gerakan lintas iman di Indonesia. Gus Dur sangat kuat mendorong perjumpaan antarorang yang berbeda agama.
“Tidak untuk beradu mana agama yang benar dan salah. Tidak untuk menunjukkan agama yang paling kuat, tetapi bagaimana agama-agama yang ada bisa menghadirkan manfaat untuk masyarakat,” jelas Jay Akhmad selaku Koordinator Sekretariat Nasional Jaringan GUSDURian sekaligus Direktur YBAW (Yayasan Bani KH. Abdurrahman Wahid) pada kesempatan yang sama.
Workshop ini ditujukan untuk beberapa hal. Pertama, pemimpin agama memiliki sikap diri yang inklusif, egaliter, humanis, profesional, dan non-diskriminatif. Kedua, pemimpin agama memiliki wawasan keagamaan yang moderat, toleran, non-kekerasan, dan ramah dengan tradisi.
Ketiga, pemimpin agama memahami konteks kehidupan keberagamaan di Indonesia dan urgensinya. Keempat, pemimpin dapat menginisiasi gerakan keberagaman di lingkungan kerja dan ruang lingkup sosial di wilayahnya.