Setiap kali bulan suci Ramadan tiba, saya selalu teringat kepada kearifan toleransi antarumat beragama yang selaras dengan makna adiluhur terkandung pada sila pertama Pancasila, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa serta sila ke tiga Pancasila yaitu Persatuan Indonesia. Saya juga teringat pada semangat kebersamaan di dalam perbedaan yang terkandung di dalam Bhinneka Tunggal Ika.
Menghormati dan Menghargai
Maka setiap bulan suci Ramadan tiba, saya mewajibkan diri saya sebagai insan yang kebetulan tidak menunaikan ibadah puasa untuk menghormati serta menghargai sesama warga Indonesia dan sesama manusia yang menunaikan ibadah puasa.
Saya memang mengagumi makna adiluhur bulan suci Ramadan yang juga tersirat di dalam falsafah Jihad Al Nafs, yaitu menaklukkan hawa nafsu; bukan pada orang lain, tetapi justru pada diri sendiri. Menurut saya perjuangan mendisiplinkan lahir-batin diri sendiri merupakan ajaran hakiki yang terkandung di dalam ibadah puasa.
Para ilmuwan kedokteran Barat juga sudah sepakat dalam mengakui bahwa puasa memiliki peran dan potensi sangat penting dalam merawat kesehatan manusia yang sama sekali terlepas dari agama apa pun.
Sudah terbukti secara medis-klinis bahwa menunaikan puasa berkhasiat menstabilkan tekanan darah serta kadar gula pada darah manusia. Berarti puasa secara terkendali sangat berdayaguna untuk merawat kesehatan para penyandang hipertensi dan diabetes.
Gus Dur
Secara khusus dari Gus Dur, saya memeroleh warisan tambahan kearifan tentang makna puasa, yaitu untuk menjalin hubungan sosial setiap insan manusia dengan lingkungan sosialnya masing-masing.
Dari Gus Dur pula saya memperoleh warisan kesadaran mengenai seorang yang tidak menunaikan ibadah puasa hukumnya wajib menghargai dan menghormati sesama warga yang menunaikan ibadah puasa, pada hakikatnya itu belumlah cukup.
Menurut Gus Dur, toleransi antarumat beragama belumlah lengkap secara psikososial apabila belum ditambah dengan kearifan seorang yang menunaikan ibadah puasa yang hukumnya wajib menghargai dan menghargai sesama warga yang tidak menunaikan ibadah puasa.
Gus Dur menyadarkan saya bahwa toleransi antarumat beragama tidak cukup satu arah, namun justru dua arah demi saling menghargai dan saling menghormati. Marhaban ya Ramadhan. Selamat menunaikan ibadah puasa.
_________________
Artikel ini pertama kali dimuat di kompas.com