Social Media

Bahas Tradisi Kupatan, GUSDURian Gresik Gelar Diskusi bersama Tokoh Lintas Iman

Masih dalam suasana Hari Raya Idul Fitri 1444 H, Komunitas GUSDURian Gresik, GKJW Gresik, dan Formagam menggelar acara diskusi dengan tajuk “Kupatan: Merawat Tradisi dalam Kebhinekaan”, yaitu talk show tentang makna kupatan yang bertempat di Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) Gresik, pada Jum’at tanggal 28 April 2023.

Pada kegiatan tersebut juga digelar kegiatan halalbihalal bersama tokoh lintas iman, yang juga dihadiri langsung oleh Koordinator GUSDURian Gresik, Pendeta GKJW, dan Ketua Forum Masyarakat Pecinta Keberagaman (Formagam) Gresik.

Menariknya, menjelang acara inti dalam diskusi, paduan suara GKJW mempersembahkan lagu ucapan selamat lebaran kepada kawan-kawan muslim, dan dilanjutkan dengan bernyanyi bersama lagu kerukunan.

Dalam sesi diskusi yang dipandu oleh salah satu penggerak GUSDURian Gresik, Nur Khosi’ah, ia mengingatkan kembali pada sosok Gus Dur dalam masa kepemimpinannya menjadi Presiden sebelum dilengserkan yang melahirkan gagasan yang tertuang dalam kebijakan Inpres Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender (PUG), yang hingga kini masih dipergunakan dalam menyusun kebijakan turunan di setiap wilayah birokrasi.

Diskusi yang diisi ketiga pemateri tersebut, yaitu Koordinator GUSDURian Gresik, Pendeta GKJW, dan Ketua Formagam Gresik, menjelaskan tentang makna kupatan dari segi tradisi yang ternyata juga dilestarikan dalam acara besar di beberapa agama. Tentunya kupatan menjadi bagian dari tradisi di Indonesia, bukan hanya tradisi di salah satu kelompok agama tertentu. Saat itu, hadir pula GUSDURian Jombang, Aan Anshori, yang secara online menyapa kawan-kawan yang ada di Gresik.

Koordinator GUSDURian Gresik, Choirul Anwar menjelaskan bahwa ketupat itu berarti laku papat. Pertama, lebaran yang artinya selesai melaksanakan puasa. Kedua, luberan yang berarti simbol bersedekah. Ketiga, leburan yang berarti menyatu saling memaafkan, Keempat, laburan yang artinya menjaga kesucian hati, termasuk saling menjaga kerukunan dan persaudaraan. Dijelaskan juga tentang makna janur dalam membungkus ketupat yang artinya datangnya cahaya.

“Setelah sudah melaksanakan puasa, introspeksi diri, melaksanakan laku papat itu tadi. Maka di situlah datang cahaya Tuhan,” jelasnya

Pria yang akrab disapa Gus Irul ini menjelaskan ajaran Islam yang paling utama yaitu ketauhidan, seperti salah satu nilai yang tertuang dalam 9 Nilai Utama Gus Dur. “Kita sama-sama ciptaan Tuhan, kita sama- sama mahluk Tuhan, itu artinya kita saudara dalam kemakhlukan, kita sama-sama sebagai manusia berarti kita adalah saudara sesama manusia,” tambahnya.

Pendeta GKJW, Daniel, mengatakan bahwa tradisi ketupat juga erat kaitannya dengan tradisi Jawa. Jadi ketupat juga tidak asing bagi GKJW. Begitu juga Ketua Formagam, Djoko Pratomo menjelaskan tentang ketupat dan keberagaman. Baginya, ketupat adalah makanan yang dilindungi oleh janur yang dirajut. Ibaratnya, rajutan janur ini adalah keberagaman dalam persatuan.”Keberagaman adalah anugerah, keberagaman ibarat pelangi yang besarnya sama dan hadirnya bersamaan,” ungkapnya.

Lebih lanjut, Aan Anshori menjelaskan tentang kupatan yang merupakan tradisi Jawa meskipun kemudian terdapat embel-embel agama, bahwa sebagai orang Islam atau agama apa pun jangan sampai hilang Jawa-nya. Baginya, sebagai orang Jawa harus toleran dan saling membantu.

Pria yang juga dosen di Universitas Ciputra ini mengajak semua agama yang tinggal di Jawa untuk kembali kepada kejawaannya atau tidak meninggalkan kejawaannya, sehingga tradisi kupatan bisa dibicarakan merdeka dari berbagai perspektif agama masing-masing.

“Tradisi Jawa dalam bentuk kupat yang awalnya tidak ada embel-embel agamanya lalu diembel-embelin Islam yang kemudian dibicarakan dalam gereja dan dimaknai bersama-sama, itu menunjukkan bahwa sekuat apa pun kita, kita harus kembali kepada kejawaan kita,” jelasnya

“Menjadi orang Jawa yang esensinya toleran, tepo seliro, suka menolong, dan suka berkorban agar orang lain tetap hidup,” tambahnya.

Kemudian acara ditutup dengan doa, penyerahan cindera mata buku tentang Gus Dur kepada masing-masing pemateri, dan makan ketupat bersama.

Penggerak Komunitas GUSDURian Gresik, Jawa Timur.