Social Media

Hadirkan Tokoh Lintas Iman, GUSDURian Brebes Gelar Forum 17-an Spesial Kemerdekaan dan Harlah Gus Dur

Komunitas GUSDURian Brebes mengadakan Forum 17-an spesial Hari Kemerdekaan dan Harlah (hari lahir) Gus Dur, Kamis (17/8). Forum 17-an ini merupakan bagian dari Gerakan 17-an yang diselenggarakan oleh berbagai komunitas GUSDURian di seluruh Indonesia. Acara diawali dengan pembacaan puisi oleh Aisy Nur Izzah El Maula dan dilanjut dengan Nonton Bareng (Nobar) film dokumenter Di Bawah Bendera Demokrasi.

Acara berlangsung di Gereja Kristen Jawa dengan dihadiri oleh 25 orang. Di antara pembicara yang hadir adalah Pendeta Agus Yusak selaku Pendeta Gereja Kristen Jawa, Romo Yanto Anggadamo selaku Tokoh Buddha, dan Maulana Karimun Ahmad selaku Mubalig Jamaah Ahmadiyah.

M. Hadzik selaku Koordinator GUSDURian Brebes menyampaikan bahwa sebenarnya ada perwakilan dari pihak Katolik, yakni Romo Vikalis Rendi Aktor yang akan hadir. “Romo Rendi mendadak tidak hadir karena ada urusan yang tidak bisa ditinggalkan, padahal beliau sangat ingin datang,” paparnya di sela-sela acara.

Pendeta Agus Yusak selaku tuan rumah menyambut baik kegiatan ini. Menurutnya, selain bisa mengenang pemikiran serta teladan Gus Dur juga dapat membuka ruang dialog antarumat beragama di Brebes.

“Gus Dur adalah tokoh yang telah selesai dengan dirinya. Hal itu telah mengantarkannya beres dengan relasinya kepada Allah. Nilai ketauhidan dan keimanan beliau menjadi sangat kuat. Dari kekuatan inilah muncul tindakan-tindakan yang berangkat dari pemikiran dan hati yang begitu luar biasa. Mengarahkan dan mewujudkan pada penghargaannya akan kemanusiaan,” paparnya saat mengenang sosok Gus Dur.

Mubalig Jamaah Ahmadiyah, Maulana Karimun Ahmad juga menambahkan, “Sosok Gus Dur adalah tokoh yang berani mengutamakan hak-hak manusia yang tertindas dan mendapat penentangan seperti kami.”

Menurutnya, tidak ada tokoh seperti Gus Dur yang mau menerima pemimpin Ahmadiyah ke Indonesia, tapi Gus Dur menerima itu. “Pasti sudah ribut kalau datang ke Indonesia, tapi Gus Dur mau menerimanya dengan dan tanpa keributan apa pun,” imbuhnya.

Pada kesempatan kali ini, Romo Yanto Anggadamo juga mengajak kepada seluruh yang hadir untuk belajar dari Gus Dur. Tidak membeda-bedakan suku, agama, dan ras. “Kita saling menghargai saja perbedaan yang ada,” tuturnya.

Selain mengenang sosok Gus Dur, ketiga pembicara juga sepakat bahwa untuk menghadapi tahun-tahun politik seperti sekarang ini, anak muda harus mempunyai prinsip dan arah tujuan. Tidak mudah terbawa arus, sehingga harapannya anak-anak muda dapat belajar berdemokrasi di tahun-tahun politik dengan tidak terjebak pada politik identitas yang mengatasnamakan agama.

Penggerak Komunitas GUSDURian Brebes, Jawa Tengah. Penikmat kajian Gender dan Humaniora.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *