Dalam rangka memperingati Hari Disabilitas Internasional Komisi Pengembangan Sosial Ekonomi – CARITAS Keuskupan Agung Makassar menggelar talk show yang bertemakan “Pendampingan, Perlindungan dan, Penguatan bagi Penyandang Disabilitas” di Aula Keuskupan Agung Makassar (3/12/23).
Setiap tanggal 3 Desember merupakan momentum besar bagi penyandang disabilitas, di mana peringatan tersebut merupakan Hari Disabilitas Internasional atau International Day of Disabled Persons, yang bertujuan untuk menyalurkan aspirasi atau dukungan terhadap penyandang disabilitas.
Kegiatan ini diawali dengan penampilan tarian dari siswa disabilitas dari Sekolah Luar Biasa Katolik Rajawali Makassar.
Dalam sambutannya, Ketua Komisi Pengembangan Sosial Ekonomi Caritas Keuskupan Agung Makassar mengungkapkan bahwa kegiatan ini merupakan pertama kali dilaksanakan sebagai bentuk keberpihakan Gereja terhadap kelompok disabilitas.
“Kegiatan ini merupakan pertama kali dilaksanakan sebagai bentuk keberpihakan Gereja terhadap kaum disabilitas. Semoga bisa memberi inspirasi terhadap gereja lain untuk mendukung dan mengupayakan ruang ibadah yang accessible terhadap kelompok disabilitas,” ungkap Pastor Bernard Cakra Arung Raya, Pr.
Narasumber dalam kegiatan ini di antaranya adalah Noldus Pandin S.Ant, Aktivis Penyandang Disabilitas Sulawesi Selatan; RD. Rusdyn Ugiwan, Ketua Komisi Keluarga Keuskupan Agung Makassar; Sr. Yoanela, SJMJ, Kepala Sekolah Luar Biasa Katolik Rajawali Makassar; dan Suaib A. Prawono (Koordinator Wilayah GUSDURian SULAMPAPUA)
“Masyarakat harus belajar menghargai dan menghormati mereka (penyandang disabilitas), mereka adalah orang-orang yang khusus dan istimewa. Mereka perlu cinta kasih dan perlu didampingi,” tutur Andreas.
Lebih lanjut, Noldus Pandin mengatakan, “Hari ini masih belum ada akses untuk para penyandang disabilitas di ranah hukum dan di tempat ibadah. Selain itu kita juga punya masalah kurangnya lapangan ketenagakerjaan bagi para difabel”.
Kemudian, Suaib menegaskan, “Kami (Komunitas GUSDURian) tidak bisa bergerak tanpa ditopang dengan kesadaran sendiri”. Dirinya menambahkan, “Banyak di tempat-tempat publik tidak jarang kita melihat tempat-tempat penyandang disabilitas selalu digunakan oleh-oleh orang non-disabilitas”.
Kegiatan ini diikuti oleh berbagai kalangan, termasuk komunitas disabilitas dan komunitas lintas agama.