GUSDURian Surabaya dan Ikatan Pelajar Muhammadiyah Surabaya Kolaborasi untuk Berdayakan Perempuan di Media

Oleh: Ismi Malika Mufti

SURABAYA – Pada hari Minggu, 22 Desember 2024, Gedung G Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surabaya menjadi tempat kegiatan talk show. Acara ini diselenggarakan oleh Komunitas GUSDURian Surabaya dan Ikatan Pelajar Muhammadiyah Surabaya (IPM) dengan tajuk “Perempuan dalam Bingkai Media”. Kegiatan ini dimulai pada pukul 17.00 – 21.15 WIB yang diikuti oleh masyarakat umum dari berbagai lapisan usia.

Kegiatan talk show ini dilaksanakan karena melihat kurangnya ruang inklusif khususnya bagi perempuan, di mana banyak sekali kejadian-kejadian yang merugikan perempuan, terlebih yang terjadi di media, sebagaimana yang dijelaskan oleh Koordinator GUSDURian Surabaya.

“Perempuan sering kali mendapatkan narasi buruk dari media sosial, dari perundungan hingga bunuh diri. Ini terjadi di Surabaya dalam kurun waktu satu tahun,” tegas Siti Sumriyah atau yang dikenal dengan panggilan Sum.

Moderator, Ike Nurjannah membuka sesi utama dengan mengenalkan narasumber talk show, yaitu Kalis Mardiasih seorang aktivis dan penulis buku serta Andre Yuris perwakilan dari Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Surabaya. Kalis Mardiasih membawa suasana talk show ini menjadi lebih berwarna dengan guyonan-guyonan yang terlontar secara naluri. Dirinya menjelaskan melalui berbagai film dari tahun ke tahun, dari film Ayat-Ayat Cinta hingga Ipar Adalah Maut. Film-film tersebut merepresentasikan sosok perempuan yang memiliki kacamata tersendiri dalam dunia layar Indonesia.

Kalis menambahkan dalam penyampaiannya bahwa dalam film Ipar Adalah Maut dengan vulgar menunjukkan bahwa hijab dalam politik budaya layar Indonesia tidak lagi selalu memiliki asosiasi dengan hijrah. Karena ini berlawanan dengan citra perempuan berjilbab dalam layar Indonesia, di mana untuk menundukkan pandangan atau malu-malu kepada lelaki. Hal ini seragam dengan keresahan Kalis Mardiasih yang disampaikan kepada audiens.

“Dan, sesungguhnya, sebagai perempuan berjilbab, saya belum siap-siap amat menyambut era perempuan-perempuan berjilbab dieksploitasi dalam film-film bom seks dalam sinema kita,” ujarnya.

Mewakili dunia jurnalistik, Andre Yuris hadir menyampaikan representasi dan identitas perempuan menggunakan simbol-simbol yang dipakai dalam komunikasi untuk menyampaikan makna sebuah pesan. Andre Yuris mencontohkan penggunaan kata ‘cantik’ di mana kata tersebut pada akhirnya menjadi magnet masyarakat untuk membaca isi berita lebih jauh.

Dalam penyampaiannya, Andre Yuris memaparkan bahwa sosok perempuan dalam jurnalistik hanya di angka 11% dari 100%. Hal ini perlu lebih banyak media-media yang menyuarakan perempuan seperti media Konde, Jurnal Perempuan, dan media lainnya.

Kegiatan ini diakhiri dengan sesi pertanyaan dari peserta yang sangat antusias dalam mempertanyakan mengenai sosok perempuan, akan tetapi peserta laki-laki juga diberi kesempatan untuk bertanya sama porsinya dengan peserta perempuan. Dan ditutup dengan selebrasi penyerahan cinderamata dan foto bersama.

Penggerak GUSDURian Surabaya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *