Social Media

Tutup Rangkaian Haul Gus Dur Ke-12, GUSDURian Jogja Adakan Tahlil dan Doa Bersama

Haul Gus Dur ke-12 Di Yogyakarta ditutup dengan acara tahlil dan doa bersama, setelah serangkaian acara sudah dilaksanakan, mulai dari Bedah Buku Gender Gus Dur, serta “Napak Tilas” di tiga tempat, yakni Dinamika Edukasi Dasar (DED), LKiS (Lembaga Kajian Islam dan Sosial), dan DIAN/Interfidei. Acara Tahlil dan Doa tersebut dilaksanakan di Pendopo LKiS pada Jumat, 28 Januari 2022 kemarin.

Kegiatan itu dimulai dengan tahlil dan doa bersama oleh para penggerak GUSDURian Jogja dan semua peserta yang hadir, kemudian dilanjutkan dengan gema shalawat yang disenandungkan oleh kelompok shalawat “Gending Syafaat” dari IKAMARU (Ikatan Alumni Madrasah Raudhatul Ulum).

Di antara beberapa murid Gus Dur yang hadir pada acara tersebut yakni Nur Khalik Ridwan dan Hasan Basri. Sebagai salah satu orang yang bersinggungan langsung dengan Gus Dur, Tuan Guru Hasan, sapaannya, cukup banyak memiliki pengalaman hidup dengan sosok Gus Dur, khususnya semasa menjadi presiden.

Bagi Tuan Guru Hasan, Gus Dur merupakan sosok yang sangat bisa membaca fenomena permasalahan yang terjadi di Indonesia, seperti keragaman etnis, budaya, latar sosial, dan agama. Gus Dur adalah sosok yang pluralis dengan pelbagai sikap yang sudah diketahui bersama.

“Menurut Gus Dur, jika beragama dilaksanakan dengan baik, maka agama akan memberikan kekuatan besar sekaligus menjadi solusi dalam melihat masalah-masalah sosial seperti perbedaan agama, budaya, dan etnis,” jelas Tuan Guru Hasan Basri saat mengisi acara tersebut.

Menurutnya, pada zaman Gus Dur, saat pergantian rezim, isu-isu agama, etnis, dan sejenisnya menjadi masalah yang sangat krusial pada waktu itu. Kehadiran Gus Dur dalam memaknai pluralisme tidak sekadar melalui pengertian buku, KBBI atau sejenisnya. Gus Dur memahami pluralisme lebih dari itu.

Dengan kondisi demikian, maka kehadiran GUSDURian harus membuka diri untuk memberikan kontribusi yang lebih luas.

“Kondisi yang terus semakin tak menentu dan masalah perpecahan karena perbedaan yang tidak akan pernah selesai, GUSDURian harus bisa membuka diri untuk memberikan kontribusi yang lebih luas. Terus bekerja untuk isu-isu kemanusiaan dengan pelbagai agenda yang sudah dirasakan manfaatnya,” pungkasnya.

Acara ditutup dengan doa yang dipimpin oleh Kiai Nur Khalid Ridwan dan dilanjutkan dengan ramah tamah.

Penggerak Komunitas GUSDURian Jogja.