Social Media

GUSDURIAN.NET merupakan wadah bagi GUSDURian di mana pun berada untuk saling berbagi informasi dan gagasan. Media ini juga dimaksudkan sebagai ruang berinteraksi dan berjejaring untuk saling mengembangkan gagasan serta menyelaraskan arah gerakan Jaringan GUSDURian. Selain memuat sejumlah aktivitas Jaringan GUSDURian, melalui media ini juga disajikan perbincangan gagasan dan pemikiran dari para penerus pemikiran dan perjuangan Gus Dur.


Perangkat Kampung GUSDURian (GUSDURian.net)

Sesepuh Kampung (Penasehat):
Alissa Wahid
Hairus Salim
Savic Ali

Kuncen Kampung (PU):
Jay Akhmad

Lurah Kampung (Pemred):
Heru Prasetia

Wakil Lurah Kampung (Wapemred):
Sarjoko S.

Carik Kampung (Sekretaris):
Wahyuni Della Sari

Juru Tulis (Redaktur):
Mohammad Pandu (Kepala)
M. Fakhrur Riza
Cornelius Selan
Deny Hermawan
Ageng Yudhapratama

Juru Informasi (Sirkulasi & Distribusi):
Mukhibullah Ahmad (Kepala)
Rifa Mufidah
Nur Solikhin

Juru Tata Letak (Web Master):
Lantip

Pamong (Kontributor):
Nur Rizky Amania (Pasuruan)
Anwar Ibnu Ahmad (Ciputat)
Abdul Warits (Sumenep)
Umar Robbani (Lampung)
Wahyu Riansyah (Makassar)
Fadhil Hadju (Gorontalo)
Cecep Muhamad Yusup (Cirebon)
Abdullah Faiz (Semarang)
Eva Zulfauzah (Cirebon)
Muallifah (Yogyakarta)
Makhfud Syawaludin (Pasuruan)
Andi Muhammad Muslim (Makassar)
Dewi Mastuarina (Banjarmasin)
Mohammad Rivai (Barru)

Bagaimana cara menjadi kontributor di gusdurian.net?

Pada dasarnya semua orang bisa menjadi kontributor di gusdurian.net dengan cara sebagai berikut:

  1. Kirim tulisan ke alamat email [email protected] dengan mencantumkan subjek jenis tulisan beserta judulnya. Contoh: Opini Gus Dur dan Kebebasan Berpendapat.
  2. Tulisan jenis opini dikemas dalam bentuk esai yang  santai dan ringan. Jika mengutip tulisan lain, gunakan model body note.
  3. Ditulis di program Microsoft Word ukuran A4 spasi 1,5 batas kanan-kiri 4-3-4-3. Panjang tulisan 500-1000 kata. Sertakan nama lengkap, titel, dan nomor WhatsApp.
  4. Tulisan sebaiknya belum pernah dipublikasikan di media mana pun. Jika sudah pernah dimuat, penulis tidak akan mendapatkan poin untuk mengklaim reward dari gusdurian.net.
  5. Jika dalam waktu satu minggu tidak mendapat balasan, penulis bisa mengirim ke media lain.
  6. Kontributor boleh memuat karyanya di media lain minimal tiga hari setelah tayang di gusdurian.net.
  7. Topik atau tema tulisan memuat 9 Nilai Utama Gus Dur dan mencakup isu prioritas Jaringan GUSDURian. Ada enam isu prioritas yang dirumuskan pada Temu Nasional 2020: (1) demokrasi dan kewargaan; (2) pribumisasi Islam; (3) toleransi; (4) keadilan gender; (5) ekonomi kerakyatan; dan (6) lingkungan.
  8. Setiap tulisan memiliki bobot 50 poin. Penulis bisa mengklaim reward kepada redaksi gusdurian.net setelah mengumpulkan sejumlah poin yang ditetapkan (berlaku kelipatan):
    – 150 poin: kaos
    – 300 poin: sweater
    – 450 poin: hoodie/jaket
  9. Kontributor yang telah mendapat 100 poin berhak untuk masuk dalam grup WhatsApp kontributor gusdurian.net. Kontributor memiliki kesempatan mengikuti berbagai workshop kepenulisan yang rutin diselenggarakan setiap tahunnya.

Catatan: Kontributor rubrik peristiwa akan mendapatkan Press Card untuk liputan lapangan setelah mengumpulkan 100 poin.

Apa saja rubrik di gusdurian.net?

Sorot. Rubrik yang memuat pernyataan sikap Jaringan GUSDURian terkait isu atau peristiwa yang sedang terjadi di masyarakat.

Sosok. Berisi kisah atau biografi singkat tokoh-tokoh yang pernah bersinggungan dengan Gus Dur atau mereka yang mengamalkan nilai-nilainya.

Opini. Ruang bagi kontributor untuk mengekspresikan gagasan dan pemikirannya dalam bentuk esai. Tayang setiap hari.

Peristiwa. Berita (khusus) tentang kegiatan Komunitas GUSDURian di berbagai daerah.

Kata Alissa. Rubrik yang memuat tulisan-tulisan dan pendapat Alissa Wahid, Koordinator Jaringan GUSDURian.






Tentang Yayasan Bani KH. Abdurrahman Wahid (YBAW)

A. Latar Belakang Organisasi

Yayasan Bani Kyai Haji Abdurrahman Wahid (disingkat YBAW) didirikan pada tanggal 22 Oktober 2011. Ia didirikan untuk menaungi lembaga-lembaga dan komunitas yang bergerak dalam meneruskan perjuangan K. H. Abdurrahaman Wahid (yang lebih dikenal dengan panggilan Gus Dur) dalam bidang Sosial, Kemanusian, Kesejahteraan, Keadilan,  Keagamaan dan Multikukturarisme.

Yayasan Bani Kyai Haji Abdurrahman Wahid melalui Komunitas Jaringan GUSDURian melakukan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan isu sosial, kemanusian, politik kebangsaan, demokrasi, Islam, antar-agama, multikulturalisme, kesejahteraan, pendidikan, ekonomi kerakyatan, dan melakukan pelatihan-pelatihan di bidang entrepreneur dan lain-lain. Mengembangkan dan memperkuat jaringan komunitas GUSDURian yang tersebar baik di tingkatan nasional maupun internasional.

Yayasan Bani Kyai Haji Abdurrahman Wahid melalui Pojok Gus Dur melakukan pengumpulan dokumentasi dalam bentuk tulisan, foto atau karya visual, maupun video atau audio-visual yang berhubungan dengan Gus Dur dan pemikiran Gus Dur.

Yayasan Bani Kyai Haji Abdurrahman Wahid melalui Jaringan Kios Rakyat melakukan kegiatan  peningkatan taraf ekonomi/ penghasilan pada warung/ toko milik rakyat yaitu berupa pendampingan pengelolaan usaha, peningkatan akses produk dan modal, dan membangun jaringan kerjasama antar warung/ toko rakyat. Yayasan Bani Kyai Haji Abdurrahaman Wahid melalui Abdurrahman Wahid Center for Peace and Humanities melakukan penelitian dan pengembangan masyarakat terkait isu-isu pluralisme, multikulturalisme, kemanusian, agama, dan kesejahteraan sosial.

B. Visi dan Misi

Yayasan Bani Kyai Haji Abdurrahman Wahid memiliki visi untuk membangun kehidupan berbangsa dan bernegara yang egaliter, damai, sejahtera, berkeadilan, dan terbuka dengan tetap berpijak pada tradisi dan jatidiri.

Misi yang dijalankan oleh Yayasan Bani Kyai Haji Abdurrahaman Wahid adalah sebagai berikut:

  • Menggali, memelihara dan menyebarluaskan nilai perjuangan Gus Dur.
  • Menyemai dan memperkuat agen-agen pemberdayaan masyarakat untuk mengembangkan nilai-nilai Gus Dur
  • Mengembangkan jejaring dengan kelompok-kelompok strategis dalam masyarakat lokal dan global
  • Mengembangkan tradisi dialog dengan berbagai kelompok masyarakat untuk saling memahami dan menemukan mufakat (kesepahaman)
  • Mengembangkan upaya-upaya khusus ke arah kesejahteraan masyarakat

C. Nilai dan Prinsip Dasar

Dalam usaha mencapai visi dan misi YBAW, anggota dan lembaga-lembaga/ komunitas dalam lingkungan YBAW senantiasa melandasi tindakannya dengan nilai-nilai dasar berikut ini, dan tidak dibenarkan untuk melakukan tindakan yang melanggar nilai-nilai tersebut. Nilai-nilai ini adalah nilai-nilai dasar yang dijalankan Gus Dur selama hidupnya, dan dalam memperjuangkan visi dan misinya. Sembilan (9) Nilai Dasar Gus Dur adalah:

1. Ketauhidan

Ketauhidan bersumber dari keimanan kepada Allah sebagai Yang Maha Ada, satu-satunya Zat hakiki Yang Maha Cinta Kasih, yang disebut dengan berbagai nama. Ketauhidan didapatkan lebih dari sekedar diucapkan dan dihafalkan, tetapi juga disaksikan dan disingkapkan. Ketauhidan menghujamkan kesadaran terdalam bahwa Dia adalah sumber dari segala sumber rahmat kehidupan di jagad raya. Pandangan ketauhidan menjadi poros nilai-nilai ideal yang diperjuangkan Gus Dur melampaui kelembagaan dan birokrasi agama. Ketauhidan yang bersifat ilahi itu diwujudkan dalam perilaku dan perjuangan sosial, politik, ekonomi, dan kebudayaan dalam menegakkan nilai-nilai kemanusiaan.

2. Kemanusiaan

Kemanusiaan bersumber dari pandangan ketauhidan bahwa manusia adalah mahluk Tuhan paling mulia yang dipercaya untuk mengelola dan memakmurkan bumi. Kemanusiaan merupakan cerminan sifat-sifat ketuhanan. Kemuliaan yang ada dalam diri manusia mengharuskan sikap untuk saling menghargai dan menghormati. Memuliakan manusia berarti memuliakan Penciptanya, demikian juga merendahkan dan menistakan manusia berarti merendahkan dan menistakan Tuhan Sang Pencipta. Dengan pandangan inilah, Gus Dur membela kemanusiaan tanpa syarat.

3. Keadilan

Keadilan bersumber dari pandangan bahwa martabat kemanusiaan hanya bisa dipenuhi dengan adanya keseimbangan, kelayakan, dan kepantasan dalam kehidupan masyarakat. Keadilan tidak sendirinya hadir di dalam realitas kemanusiaan dan karenanya harus diperjuangkan. Perlindungan dan pembelaan pada kelompok masyarakat yang diperlakukan tidak adil, merupakan tanggung jawab moral kemanusiaan. Sepanjang hidupnya, Gus Dur rela dan mengambil tanggung jawab itu, ia berpikir dan berjuang untuk menciptakan keadilan di tengah-tengah masyarakat.

4. Kesetaraan

Kesetaraan bersumber dari pandangan bahwa setiap manusia memiliki martabat yang sama di hadapan Tuhan. Kesetaraan meniscayakan adanya perlakuan yang adil, hubungan yang sederajat, ketiadaan diskriminasi dan subordinasi, serta marjinalisasi dalam masyarakat. Nilai kesetaraan ini, sepanjang hidup Gus Dur, tampak jelas ketika melakukan pembelaan dan pemihakan terhadap kaum tertindas dan dilemahkan, termasuk di dalamnya adalah kelompok minoritas dan kaum marjinal.

5. Pembebasan

Pembebasan bersumber dari pandangan bahwa setiap manusia memiliki tanggung jawab untuk menegakkan kesetaraan dan keadilan, untuk melepaskan diri dari berbagai bentuk belenggu. Semangat pembebasan hanya dimiliki oleh jiwa yang merdeka, bebas dari rasa takut, dan otentik. Dengan nilai pembebasan ini, Gus Dur selalu mendorong dan memfasilitasi tumbuhnya jiwa-jiwa merdeka yang mampu membebaskan dirinya dan manusia lain.

6. Kesederhanaan

Kesederhanaan bersumber dari jalan pikiran substansial, sikap, dan perilaku hidup yang wajar dan patut. Kesederhanaan menjadi konsep kehidupan yang dihayati dan dilakoni sehingga menjadi jati diri. Kesederhanaan menjadi budaya perlawanan atas sikap berlebihan, materialistis, dan koruptif. Kesederhanaan Gus Dur dalam segala aspek kehidupannya menjadi pembelajaran dan keteladanan.

7. Persaudaraan

Persaudaraan bersumber dari prinsip-prinsip penghargaan atas kemanusiaan, keadilan, kesetaraan, dan semangat menggerakkan kebaikan. Persaudaraan menjadi dasar untuk memajukan peradaban. Sepanjang hidupnya, Gus Dur memberi teladan dan menekankan pentingnya menjunjung tinggi persaudaraan dalam masyarakat, bahkan terhadap yang berbeda keyakinan dan pemikiran.

8. Kekesatriaan

Kesatriaan bersumber dari keberanian untuk memperjuangkan dan menegakkan nilai-nilai yang diyakini dalam mencapai keutuhan tujuan yang ingin diraih. Proses perjuangan dilakukan dengan mencerminkan integritas pribadi: penuh rasa tanggung jawab atas proses yang harus dijalani dan konsekuensi yang dihadapi, komitmen yang tinggi serta istiqomah. Keksatriaan yang dimiliki Gus Dur mengedepankan kesabaran dan keikhlasan dalam menjalani proses, seberat apapun, serta dalam menyikapi hasil yang dicapainya.

9. Kearifan Tradisi

Kearifan tradisi bersumber dari nilai-nilai sosial-budaya yang berpijak pada tradisi dan praktik terbaik kehidupan masyarakat setempat. Kearifan lokal Indonesia di antaranya  berwujud dasar negara Pancasila, Konstitusi UUD 1945, prinsip Bhinneka Tunggal Ika, dan seluruh tata nilai kebudayaan Nusantara yang beradab. Gus Dur menggerakkan kearifan lokal dan menjadikannya sebagai sumber gagasan dan pijakan sosial-budaya-politik dalam membumikan keadilan, kesetaraan, dan kemanusiaan, tanpa kehilangan sikap terbuka dan progresif terhadap perkembangan peradaban.

Dewan Pendiri:

  1. Dra. Sinta Nuriyah Rachman
  2. Alissa Qotrunnada Munawaroh Wahid
  3. Ahmad Suaedy
  4. Mohamad Sobary
  5. Muhammad Husein
  6. Mahfud MD

Dewan Pembina:

Ketua                                 : Dra. Sinta Nuriyah Rachman

Anggota                            : Dra. Zannuba Arifah Chafsoh Wahid, Dhohir Farizi

Dewan Pengawas:

Ketua                                 : Ir. Iman Jehan Akbarsyah

Anggota                            : Farha Abdul Kodir Assegaf, Ahmad Suadi, Raden Erman Royadi

Dewan Pengurus:

Ketua                                 : Alissa Qotrunnada Munawaroh Wahid

Ketua 1                              : Anita Ashvini Wahid

Sekretaris                         : Inayah WD Rahman

Bendahara                       : Eming Agustiningsih