“Donasi yang masuk ke rekening GUSDURian Peduli malam ini terkumpul sebesar Rp39.080.231 + Rp280.000.000 dari lelang lukisan, sehingga total menjadi Rp319.080.231. Alhamdulillah, terima kasih semua,” ujar Mukhibullah Ahmad, sekretaris GUSDURian Peduli, pada Selasa malam ( 7/9/2021).
Semalam, GUSDURian Peduli memang sedang mempunyai acara besar, yaitu konser amal bertajuk “Indonesia Pulih” yang digelar secara virtual. Acara yang berlangsung selama kurang-lebih tiga jam tersebut tidak hanya dihadiri para musisi, melainkan juga beberapa seniman, penyair, komedian, dan juga tokoh-tokoh nasional serta agamawan.
Sebelum pertunjukan musik, konser amal “Indonesia Pulih” dimulai dengan peluncuran platform Peduli Anak Yatim. Koordinator Nasional Jaringan GUSDURian Alissa Wahid secara resmi meluncurkan program kemanusiaan yang diinisiasi oleh GUSDURian Peduli tersebut.
Sesaat setelah diluncurkan, Ketua Umum GUSDURian Peduli A’ak Abdullah Al-Kudus menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah rela melakukan kerja bersama untuk misi kemanusiaan itu.
“Sejak awal pandemi GUSDURian Peduli telah menyalurkan banyak bantuan di berbagai wilayah,” kata pria yang akrab disapa Gus A’ak terebut. “Dari situ, kami menemukan fakta bahwa jumlah anak yatim bertambah hampir di semua wilayah di Indonesia. Kami belum melihat ada program khusus untuk menangani anak yatim ini. Nah itu yang akhirnya menginspirasi kami untuk membuat platform Peduli Anak Yatim,” lanjutnya.
Ia menjelaskan bahwa anak-anak yatim tidak pernah memilih untuk menjadi yatim. Mereka benar-benar tidak siap untuk menghadapi kehidupan yang harus dilalui saat ini, tanpa orang tua yang mendampingi, sehingga kita perlu dan wajib untuk merawat mereka.
Terdapat setidaknya empat layanan yang diberikan GUSDURian Peduli untuk anak yatim di platform itu. Pertama, tentu saja bantuan tunai dari para donatur. Jika ada anak yatim yang membutuhkan dana tunai, biaya pendidikan, dan barang kebutuhan pokok maka GUSDURian Peduli akan langsung menyiapkan dan menyalurkan.
Kedua, GUSDURian Peduli telah menjalin kerja sama dengan beberapa pesantren dan sekolah berasrama. Anak-anak yatim didaftarkan melalui platform itu dan ingin melanjutkan pendidikan, bisa tinggal di pesantren atau sekolah berasrama yang menjadi mitra GUSDURian Peduli dengan biaya ditanggung 100 persen.
Ketiga, layanan hukum. A’ak beranggapan bahwa tidak sedikit anak yatim yang ketika orang tuanya meninggal akibat Covid-19 lalu menjadi korban eksploitasi dan kekerasan. GUSDURian Peduli telah menyediakan empat pengacara yang siap mendampingi dan memberikan konsultasi hukum untuk anak-anak yatim.
Keempat, layanan konseling dari para psikolog yang menjadi mitra GUSDURian Peduli. Para psikolog ini rela menjadi relawan melalui platform Peduli Anak Yatim. Mereka juga siap mendampingi anak-anak yatim yang sedang mengalami trauma.
“Siapa pun yang ingin berdonasi cukup membuka webnya, pedulianakyatim.id. Di situ anak yatim bisa mengajukan bantuan, di situ pula para orang baik bisa menjadi orang tua asuh. Misal menanggung biaya anak yatim satu tahun, dua tahun, atau berapa lama terserah dia. Dan di situ juga orang bisa hanya sebatas berdonasi,” pungkas A’ak.
Di samping peluncuran platform, konser amal GUSDURian Peduli juga diselingi dengan pelelangan lima lukisan Gus Dur. Sesi lelang lukisan itu dipandu oleh putri Gus Dur Inaya Wahid bersama Budayawan Nahdlatul Ulama (NU) Ngatawi Al-Zastrouw. Pada saat pelelangan berlangsung, dua host itu ditemani para juru lelang yakni musisi Trie Utami, vokalis Armand Maulana, pelawak tunggal Sakdiyah Ma’ruf, Arie Kriting, dan Mamat Al-Katiri.
Tiga lelang pertama, masing-masing lukisan berhenti di harga Rp50 juta sehingga total menjadi Rp150 juta. Lukisan itu dibeli oleh Ana dari Bogor, Buntoro dari Purwokerto, dan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa.
Sementara dua lukisan lainnya dihargai Rp100 juta oleh Hamba Tuhan dari Sumater Utara dan dibeli senilai Rp30 juta oleh Edi dari Perhimpunan Indonesia Tionghoa (INTI) Bogor. Masing-masing pemenang lelang itu berhak mendapatkan sertifikat lukisan yang ditandatangani langsung oleh istri Gus Dur, Ny. Hj. Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid.
Pelukis Agustinus Eko Nur Widianto menuturkan bahwa lukisan yang berhasil dilelang dengan harga sangat tinggi itu merupakan lukisan yang dibuat di atas kayu sengon dan dengan teknik dibakar. Ia merupakan satu-satunya pelukis di dunia dengan metode bakar.
Kepada keluarga besar GUSDURian Peduli, ia mengucapkan banyak terima kasih karena diperbolehkan untuk turut berkontibusi dengan membantu sesama melalui keahliannya yakni melukis di atas kayu dengan teknik bakar.
“Dan (hasilnya) saya kembalikan lagi kepada Tuhan untuk saudara-saudara saya yang membutuhkan,” ujar Eko.
(Berita ini diolah dari nu.or.id)