Social Media

Ratusan Warga dan Tokoh Masyarakat Polewali Mandar Rayakan Haul Gus Dur ke-13

Dalam beberapa tahun terakhir, khususnya menjelang akhir tahun, komunitas GUSDURian di berbagai wilayah di Indonesia tampak tak pernah absen merayakan haul KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Menariknya, kegiatan rutin ini tak hanya semarak di wilayah Jawa, tetapi juga di luar pulau Jawa, salah satunya di Kabupaten Polewali Mandar.

Tercatat Haul Gus Dur di wilayah ini dilaksanakan sebanyak dua kali. Pertama dilaksanakan di Masjid Suhada, Polewali dan sekaligus dirangkaikan dengan perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW, pada 28 Desember 2022. Sementara haul kedua dilaksanakan di Desa Lampoko, Kecamatan Campalagian, Kabupten Polewali Mandar, pada 4 Januari 2023. 

Kedua kegiatan ini terlihat sangat meriah. Selain dihadiri dan diinisiasi oleh tokoh agama dan masyarakat setempat, juga karena peran aktif anak-anak muda dari berbagai latar belakang organisasi. Tidak kurang 20 organisasi atau komunitas di luar komunitas GUSDURian ikut serta menyukseskan kegiatan ini. 

Menariknya, Haul Gus Dur yang ke-13 ini terlaksana atas dorongan dan partisipasi masyarakat setempat. 

Khusus Desa Lampoko, tampak kepala desa setempat, Abdul Razak yang saat ini juga menjabat sebagai dewan pembina GUSDURian terlibat langsung mengkoordinir pelaksanaan haul. Sehingga tidak mengherankan jika kegiatan yang dipusatkan di pelataran Masjid Nur Al Sajadah itu dihadiri ratusan warga yang sebagian besar adalah dan ibu-ibu majelis ta’lim. 

“Ada sekitar 200 orang hadir dalam perayaan haul ini,” ungkap Suhaeril, pengerak muda GUSDURian Polman. 

Sementara itu, Damalis, Dewan Pembina GUSDURian Polman menyampaikan ucapan syukur atas terlaksananya kegiatan tersebut. Ia mengatakan, meski haul adalah hal yang baru bagi warga setempat, namun kegiatan yang sekaligus dirangkaikan dengan pembacaan Ratibul Haddad itu mendapat sambutan luar biasa dari masyarakat.   

“Ahamdulillah, saya lihat bukan hanya generasi muda yang bersemangat, tetapi seluruh stakeholder yang ada di daerah ini,” katanya saat ditemui usai kegiatan haul yang bertemakan “Mewarisi Pemikiran dan Melanjutkan Perjuangan Gus Dur” tersebut.

Lebih kanjut, Damalis menyampaikan bahwa kegiatan tersebut sangat positif, dan akan rutin dilaksanakan pada tahun-tahun mendatang. “Insya Allah kita akan rutinkan kegiatan seperti ini dan sekaligus sebagai ajang pembinaan jamaah,” ucapnya.

Tak hanya itu, Damalis juga mengingatkan agar GUSDURian Polman tidak terlibat politik praktis dan memastikan semua kegiatan GUSDURian steril dari kepentingan politik dan berharap ke depannya GUSDURian Polman intens melakukan kegiatan sosial dan diseminasi gagasan perdamaian, sehingga konsep Islam rahmatan lilalamin yang senantiasa diperjuangkan Gus Dur semasa hidupnya bisa terwujud secara nyata dalam kehidupan bersesama, khususnya di Kabupaten Polman.

Sementara pada haul sebelumnya yang dilaksanakan di Masjid Suhada Polewali Mandar mengangkat tema “Gus Dur dan Nilai-nilai Kemandaran” yang menggambarkan sisi kearifan Gus Dur sebagai seorang pemimpin bangsa. Sosok Gus Dur dinilai sebagai manusia pemersatu. Ia hadir mempersatukan anak bangsa di tengah ancaman perpecahan akibat kisruh politik di masanya. 

Saat itu, Gus Dur tidak hanya sekadar menyuarakan keadilan, kesetaraan, dan kemanusiaan, tapi juga mampu diimplementasikan dalam kehidupan nyata, sehingga persatuan Indonesia bisa terjaga dengan baik.

“Itulah kehebatan Gus Dur, ia mampu memahami dengan baik kondisi bangsa ini, bahwasanya bangsa ini ada kerena keberagaman. Karenanya, keadilan, kesetaraan, dan kemanusiaan menjadi prinsip utama dalam perjuangannya memimpin bangsa ini,” papar I Melda Adianti, Ketua Fatayat NU Sulbar dalam sambutannya.

Lebih lanjut, perempuan yang akrab disapa Kak Ime ini menyampaikan bahwa gagasan dan perjuangan Gus Dur selaras dengan nilai-nilai kemandaran yang gandrung akan persatuan, kebersamaan, dan keadilan, sebagaimana yang tercatat dalam sejarah Mandar pada abad ke-18 yang ditandai dengan lahirnya perjanjian (assitalitiang) antara Pitu Ulunna Salu dan Pitu Ba’bana Binanga (persatuan antara tujuh kerajaan di hulu dan tujuh kerajaan di hilir) yang bersepakat untuk bersatu (Sipamandar).

Presidium Jaringan GUSDURian Sulampapua (Sulawesi, Maluku, Papua). Tinggal di Makassar. Aktif menulis di media cetak maupun daring.