Sekretariat Nasional (SekNas) Jaringan GUSDURian menyelenggarakan tiga acara pertemuan sekaligus dengan melibatkan kontributor, influencer, dan fasilitator keberagaman Jaringan GUSDURian. Bertempat di Hotel Cakra Kusuma, Yogyakarta tanggal 1-3 Juli 2023 acara tersebut berlangsung dengan lancar.
Peserta beserta panitia yang berjumlah sekitar 100 orang itu datang dari berbagai daerah. Selama tiga hari para peserta melaksanakan kegiatan penguatan kapasitas yang berbeda di setiap kelasnya. Di kelas pertemuan kontributor, pemateri juga didatangkan dari berbagai media, seperti Shinta Maharani (jurnalis Tempo) dan Autad An Nasher (redaktur Alif.id).
Pertemuan tersebut terbagi menjadi tiga kelas, yaitu kelas kontributor yang yang mewakili kerja-kerja kepenulisan di gusdurian.net, kelas influencer yang tergabung dalam kerja-kerja admin dan pembuatan konten media sosial komunitas GUSDURian, dan kelas pelatihan fasilitator keberagaman yang menghubungkan GUSDURian dengan berbagai jejaring keberagaman.
Kesempatan ini merupakan pertama kalinya SekNas mengumpulkan peserta kontributor, influencer, dan fasilitator di kota ilmu ini. Para peserta, panitia, dan tim SekNas saling berkenalan selama acara berlangsung. Di acara itu hadir pula Koordinator SekNas Jaringan GUSDURian, Jay Akhmad.
Acara pertemuan ini dibuka oleh Jay Ahmad. Dirinya menjelaskan tentang produk-produk digital GUSDURian yang bertujuan untuk menyebarkan nilai, pemikiran, dan keteladanan Gus Dur serta 9 nilai utama Gus Dur. Produk tersebut tidak hanya berbentuk media sosial, namun juga berbentuk platform digital seperti gusdurian.net, gusdur.net, kabarkan.org, gusdurianpeduli.org, serta produk digital seperti GUSDURpedia dan Selasar.
Selain itu, Jay Ahmad juga menyampaikan tentang tujuan diselenggarakannya acara pertemuan ini, terlebih terkait dengan kerja-kerja influencer dan kontributor.
“Influencer tidak hanya sekedar posting-posting saja, dan kontributor tidak hanya mendapat poin, tapi bagaimana dari tulisan itu mampu mempengaruhi dan mengubah masyarakat,” ucap Jay Ahmad.
Bagi laki-laki paruh baya ini mengelola media sosial dan mengelola gusdurian.net tidak hanya bisa dilakukan 1 atau 2 orang, karena harapan Koordinator Nasional Jaringan GUSDURian Indonesia, Alissa Wahid saat mendirikan gusdurian.net dapat menjadi ruang digital bagi para penggerak GUSDURian. Tidak hanya itu, bahkan gusdurian.net bisa dimanfaatkan oleh komunitas lain untuk mencari penggerak GUSDURian di suatu daerah.
Terlebih, GUSDURian baru merilis museum digitalnya yang berupa gusdur.net yang diharapkan menjadi pusat informasi dan perpustakaan terlengkap sedunia terkait Gus Dur semasa hidupnya yang berupa audio, foto, video, tulisan, dan buku-bukunya. Sehingga gusdur.net dapat menjadi sumber pengetahuan dan gerakan Jaringan GUSDURian.
“Ini (museum digital) tidak akan bermakna apa-apa jika tidak dibunyikan oleh media sosial di tangan influencer dan tidak dibunyikan gusdurian.net di tangan kontributor,” jelasnya kepada para penggerak GUSDURian dari berbagai daerah.
Baginya kontributor dan influencer ini bagian kerja diseminasi gagasan. Dalam kerja gagasan Jaringan GUSDURian mencakup dua hal, yakni nilai, pemikiran, dan keteladanan Gus Dur yang mencakup 9 nilai utama, gagasan, dan keteladanan Gus Dur, serta isu prioritas GUSDURian hasil Temu Nasional 2022 yang menelurkan 8 isu prioritas.
“Kita tidak mengerjakan hal-hal kecil untuk tujuan kecil, tapi kita mengerjakan hal-hal kecil untuk peradaban yang lebih besar,” ungkapnya dalam menutup sambutan.
Jay juga mengingatkan para peserta untuk membuat acara yang berlangsung menjadi ruang aman dan nyaman. Tidak ada diskriminasi, kekerasan, bahkan pelecehan seksual. Hal ini menjadi ruang yang ramah bagi perempuan bahkan bagi kelompok minoritas sekaligus. Sehingga GUSDURian tercipta ruang aman dan nyaman dalam banyak hal dan bagi siapa pun tanpa melihat ras maupun gender tertentu.