Social Media

Bahas Pribumisasi Islam, Gus Dur Memorial Lecture Diadakan di Pekan Raya Fuadah UIN Salatiga

Gus Dur Memorial Lecture dalam rangka peringatan Hari Lahir (Harlah) Gus Dur kembali diadakan. Agenda yang kelima ini dilaksanakan di tengah Pekan Raya Fuadah pada Jumat, 29 September 2023 di Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Humaniora UIN Salatiga, Jawa Tengah.

Tema yang diangkat adalah “Gus Dur dan Pribumisasi Islam”. Pada kesempatan ini, Rektor Institut Studi Islam Fahmina (ISIF) Marzuki Wahid menjadi pembicara.

Marzuki Wahid menyebut salah satu grand keilmuan Gus Dur adalah pribumisasi Islam. Konsep ini mengacu pada praktik keislaman yang berakar pada kebudayaan setempat.

“Banyak yang menganggap budaya tertentu menjadi ajaran Islam. Misalnya, kubah. Padahal kubah itu budaya, bukan ajaran,” ujarnya. Baginya, aspek ajaran dan budaya penting untuk dipilah. “Masjid Demak yang memiliki bentuk seperti itu tidak kalah islami dibanding model kubah,” tambahnya.

Selain menyinggung bangunan ibadah, Marzuki juga menjelaskan cara berpakaian perempuan muslimah yang selalu berubah dari waktu ke waktu. Ia mencontohkan hari ini pakaian mahasiswi yang berbeda dibanding saat Indonesia mengalami demam revolusi Iran. Perbedaan ini bisa ditelusuri melalui cara berpakaian para ibu nyai di masa lalu, seperti cara berpakaian Nyai Walidah, Nyai Solichah, dan lain sebagainya. Karenanya, ia menghimbau agar orang tidak merasa paling muslimah hanya karena menggunakan model pakaian tertentu.

Baginya pribumisasi Islam bisa menjembatani masa lalu dan masa depan. Karenanya, tema ini penting untuk terus dibahas, diteliti, dan diskusikan bahkan menjadi grand theory.

“Kita perlu mengkaji pemikiran-pemikiran tokoh bangsa, salah satunya pribumisasi Islamnya Gus Dur,” pungkas sosok yang pernah menganalisa lebih dari 600 tulisan Gus Dur tersebut.

Sosialisasi

Dekan Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Humaniora Adang Kuswaya mengapresiasi agenda Gus Dur Memorial Lecture. Ia menyinggung ketokohan Gus Dur yang diakui dunia. Bahkan di fakultas yang dipimpinnya sudah terdapat Gus Dur Corner.

“Kita akan belajar tema penting ini dari tokoh yang memang memiliki kapasitas untuk menyampaikannya,” ujar Adang saat memberikan keynote speech di hadapan kurang lebih 300 peserta. Ia menyebut mengenal pembicara sejak kuliah pascasarjana dan doktoral, namun sudah lama tidak bertemu. Momen Gus Dur Memorial Lecture menjadi ajang reuni bagi keduanya.

Gus Dur Memorial Lecture adalah upaya untuk mengenalkan, menggali, mendiskusikan, dan menyebarkan gagasan Gus Dur di dunia akademik. Narasumber yang dipilih adalah sosok yang dekat dengan Gus Dur, baik secara personal ataupun gagasan. Ruang ini digunakan pula untuk mensosialisasikan berbagai gagasan terkait toleransi dan kemanusiaan.

Pada momen harlah tahun 2023 Jaringan GUSDURian menerbitkan policy brief berjudul “Rekomendasi untuk membangun kehidupan yang #BedaSetara di Indonesia”. Salah satu rekomendasi yang muncul adalah perlunya penguatan pendidikan kewargaan yang memperkuat perspektif kesetaraan serta kebebasan beragama dan berkeyakinan. Aksi ini dilakukan di berbagai ruang, baik kultural ataupun struktural, terutama di lembaga-lembaga pendidikan. Gus Dur Memorial Lecture menjadi salah satu upaya untuk agenda penguatan pendidikan kewargaan tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *