Koordinator Sekretariat Nasional Jaringan GUSDURian Alissa Wahid menyatakan bahwa tindakan koruptif para penguasa tidak perlu dimaafkan. Hal ini sebab tindakan koruptif membahayakan sekaligus merusak kemaslahatan bangsa.
“Apakah dengan memaafkan ini dapat menghilangkan kesalahan yang membahayakan bangsa? Tentu saja tidak, kita punya batas hal-hal apa saja yang bisa dimaafkan,” tegasnya dalam refleksi syawal saat Halalbihalal Jaringan GUSDURian pada Minggu (27/4/2025).
Alissa mengajak para hadirin yang berjumlah dua ratusan itu untuk menjaga Indonesia dari perilaku koruptif. Boleh memaafkan orangnya tetapi bukan berarti membenarkan tindakannya.
“Karena itu, kita yang selama ini berusaha keras menjaga persaudaraan bangsa tentunya menggunakan momentum ini untuk memperkuat keyakinan kita selama ini,” ungkapnya.
Perempuan anggota Gerakan Nurani Bangsa itu pun mengatakan bahwa kondisi lingkungan belakangan ini semakin memprihatinkan. Pasalnya, status global warming (pemanasan global) kini oleh ilmuwan ditetapkan menjadi global boiling (pendidihan global). Hal ini terjadi sebab adanya kerakusan sistem kapitalistik yang tak mengenal batas.
“Kata Paus Fransiskus ini terjadi karena kerakusan, karena kapitalisme yang mencari keuntungan tanpa mengenal batas,” terangnya.
Istilah global boiling merupakan istilah untuk menggambarkan kondisi iklim yang sangat ekstrem. Kondisi ini menandakan bahwa bumi mengalami pemanasan dalam waktu yang relatif lama dan cepat. Kondisi semacam ini mengakibatkan perubahan iklim yang sangat ekstrem, naiknya permukaan air laut, kerusakan lingkungan hingga gangguan kesehatan.
Selain itu, banyak persoalan lain yang harus dihadapi masyarakat Indonesia dan penggerak GUSDURian secara khusus seperti maraknya kasus intoleransi, penurunan demokrasi, sengketa tanah ada, masuknya TNI ke ranah kehidupan sipil dan lain-lain. Persoalan ini ditengarai berkait kelindan dengan dinamika perpolitikan Indonesia.
Oleh sebab itu, Alissa pun mengimbau agar berkomitmen untuk berada di dalam jalur pengabdian kepada bangsa Indonesia. “Karena itu kita tidak boleh merasa nyaman, tidak boleh merasa bahwa pekerjaan kita sudah selesai,” pungkasnya.
Agenda bertajuk “Menjaga Kebersamaan, Menjaga Indonesia” dilanjutkan dengan pembacaan puisi berjudul “Jendela Nurani” oleh Ahmad Wasil Mustofa dan dipungkas dengan doa lintas iman. Sebelumnya, dilantunkan secara khidmat lagu kebangsaan Indonesia Raya tiga stanza.