MAKASSAR – Ketua Yayasan Permabudhi Sulawesi Selatan, Dr. Ir. Yongris Law menjadi narasumber dalam seminar nasional yang diadakan Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar, yang berlangsung di Ruang Rapat Senat Lantai IV, Selasa 10 Desember 2024.
Yongris Law dalam materinya menjelaskan bahwa dalam Deklarasi Istiqlal terdapat dua isu utama yang sangat penting dan mendesak dibahas.
“Di antaranya krisis kemanusiaan (dehumanisasi) atau merosotnya nilai kemanusiaan yang terjadi dalam masyarakat modern, serta krisis lingkungan hidup (climate crisis) di mana perubahan iklim yang mengancam kelangsungan hidup manusia,” ujarnya.
Ia juga menjelaskan bahwa dalam kehidupan saat ini terjadi banyak sekali paradoks, termasuk manusia sangat sensitif dalam menghadapi kemanusiaan di sekitarnya.
“Saat ini banyak sekali kejadian yang menunjukkan sisi kemanusiaan yang sangat tinggi, binatang yang dianiaya juga bisa membuat orang marah, yang menunjukkan bahwa masyarakat makin cerdas,” ungkapnya.
Ia juga menjelaskan mengenai makna penting dari Deklarasi Istiqlal sebagai resolusi konflik dari berbagai perspektif agama-agama yang ada.
“Deklarasi Istiqlal merupakan seruan global yang selaras dengan ajaran Buddha, di antaranya Welas Asih (Metta-Karuna), Kebijaksanaan (Panna), dan Saling Ketergantungan (Patticcasamupada),” tambahannya.
Selain itu ia juga menjelaskan bagaimana hubungan horizontal antara manusia dan alam, yang mana manusia sangat tergantung terhadap kelangsungan alam atau ekosistem di sekitarnya.
“Manusia tidak dapat hidup jika alam dalam keadaan rusak, namun alam akan jauh lebih subur bahkan tanpa manusia sekalipun, sedangkan alam ini dalam penciptaannya mencari yang namanya keseimbangan,” ungkapnya.
Selanjutnya, pria yang akrab disapa Yongris tersebut menjelaskan ajakan penting dalam Deklarasi Istiqlal sebagai momentum meningkatkan spirit kemanusiaan dalam beragama dan melestarikan alam,
“Terdapat 4 poin penting Deklarasi Istiqlal, yakni mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan dalam ajaran agama, mempererat kerja sama antaragama, mengedepankan dialog, dan melestarikan alam”, tutupnya.
Seminar ini merupakan bagian dari rangkaian pra-acara Bali Interfaith Movement yang akan diadakan di Denpasar pada 13-15 November 2024.