Social Media

Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid: Membincang Perempuan, Gender, dan Keadilan

Agama Islam tidak pernah mengajarkan adanya perbedaan yang sangat mencolok antara laki-laki dan perempuan. Karena sesungguhnya yang membedakan mereka hanyalah tingkat ketakwaannya pada Sang Khalik-Nya.

Islam menempatkan perempuan pada posisi yang setara dengan kaum laki-laki, sehingga mereka bisa saling membantu dalam mengisi sisi ruang dalam kehidupan. Masing-masing dari mereka memiliki karakteristik berbeda yang bisa menjadi potensi untuk saling menguatkan dan bahkan mendukung satu sama lain dalam mengisi dinamika kehidupan di masa sekarang ataupun yang akan datang.

Secara sederhana, gender adalah pembedaan yang ada dalam peran, atribut, sifat, sikap, dan perilaku yang pada akhirnya tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat. Peran gender terbagi menjadi peran produktif, peran reproduksi, serta peran-peran sosial kemasyarakatan. Kata gender sendiri dapat pula diartikan sebagai peran yang dibentuk oleh masyarakat serta perilaku yang tertanam melalui proses hubungan sosialisasi yang kemudian terhubung dengan jenis kelamin perempuan dan laki-laki.

Ada perbedaan secara biologis antara perempuan dan laki-laki, namun dalam dimensi kebudayaan menafsirkan bahwa perbedaan biologis inilah menjadi seperangkat tuntutan sosial tentang kepantasan dalam berperilaku. Pada momen tersendirinya hak-hak, sumber daya, dan kuasa dapat melekat pada diri perempuan.

Kendati tuntutan ini bervariasi di setiap masyarakat, akan tapi terdapat beberapa kemiripan yang mencolok. Seperti halnya, hampir semua kelompok masyarakat menyerahkan tanggung jawab perawatan dan pola asuh anak terhadap perempuan, sedangkan tugas kemiliteran atau dalam mencari nafkah serta mendidik diberikan kepada laki-laki.

Sebagaimana halnya ras, etnik, dan kelas, gender adalah sebuah kategori sosial yang sangat menentukan jalan hidup seseorang dan partisipasinya dalam masyarakat dan laju tingkat ekonomi. Tidak semua masyarakat mengalami diskriminasi berdasarkan ras atau etnis, namun semua masyarakat mengalami diskriminasi berdasarkan gender dalam bentuk kesenjangan dan perbedaan dalam tingkatan yang berbeda-beda. Acapkali kiranya dibutuhkan waktu cukup lama untuk mengubah keadaaan ketidakadilan ini. Suasana ketidakadilan ini terkadang bisa berubah secara drastis karena kebijakan dan perubahan sosial-ekonomi yang sedang dialaminya.

Pengertian kesetaraan gender sendiri merujuk kepada suatu keadaan kesetaraan antara laki-laki dan perempuan dalam pemenuhan hak-hak dan kewajiban. Sedangkan diskriminasi berdasarkan gender masih terjadi pada seluruh aspek kehidupan yang terjadi di seluruh dunia. Ini adalah fakta yang sangat mencengangkan meskipun ada kemajuan yang sedang berlangsung cukup pesat dalam kesetaraan gender dewasa ini.

Sifat dan tingkat diskriminasi yang terjadi sangat bervariasi di berbagai belahan negara atau wilayah. Tidak ada satu wilayah pun di negara dunia di mana perempuan telah menikmati kesetaraan dalam pemenuhan hak-hak hukum, sosial, dan ekonomi. Kesenjangan gender dalam kesempatan dan kendali atas sumber daya, ekonomi, kekuasaan, dan partisipasi politik masih marak terjadi di mana-mana. Perempuan dan anak perempuan menanggung beban paling berat akibat ketidaksetaraan yang terjadi, namun pada dasarnya ketidaksetaraan itu merugikan semua orang. Oleh sebab itu, kesetaraan gender merupakan persoalan yang sangat urgen dalam suatu upaya serta tujuan pembangunan yang memiliki nilai yang sangat sentral.

Posisi Perempuan

Beberapa ayat Al-Qur’an menjelaskan bahwa perempuan dan kaum laki-laki akan mendapatkan imbalan yang setimpal ketika mereka telah melakukan suatu kebajikan. Hanya saja yang harus diingat bahwa kebebasan yang diberikan kepada kaum perempuan bukan kebebasan tanpa batas aturan dan norma. Aturan tersebut bukan untuk mengebiri eksistensi kaum perempuan tetapi justru untuk melindungi segala hak-hak dan kepentingannya.

Dalam isu kajian gender dan kemiskinan misalnya, problematika yang terjadi di dalam rumah tangga menjadi salah satu sumber datangnya diskriminasi dan subordinasi terhadap sosok perempuan. Hal ini muncul karena adanya ketidaksetaraan di dalam alokasi sumber daya dalam rumah tangga yang memperlihatkan laki-laki dan perempuan mengalami bentuk kemiskinan yang berbeda.

Bisa dilihat pada ruang publik misalnya, kemiskinan yang terjadi pada perempuan selalu dikaitkan dengan banyaknya tertutup ruang-ruang partisipasi perempuan dalam pengambilan keputusan yang sifatnya formal bagi perempuan. Bagi perempuan sering kali konsep ruang publik ini diartikan sebagai tempat kerja atau tempat berusaha daripada forum-forum di dalam komunitas. Keterlibatan dalam forum publik di dalam komunitas pun biasanya terbatas dan masih tidak terlepas dari peran domestiknya seperti kegiatan arisan, pengajian atau perkumpulan keagamaan, dan kegiatan sosial yang lainnya.

Perspektif Perempuan Gender dan Keadilan

Sosok Nyai Hj. Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid menjadi tokoh perempuan Indonesia yang saat ini berjuang dalam menyuarakan isu-isu terkait perempuan, gender, keadilan, dan kemanusiaan. Beliau memandang bahwa perempuan adalah tokoh sentral dalam kehidupan manusia karena perempuanlah yang melahirkan umat manusia. Menurutnya perempuan adalah sekolah pertama dan utama bagi anak-anak manusia, perempuan yang mengajarkan makna hidup, dan perempuan jugalah yang memberikan arti cinta dan kasih sayang. Sehingga baginya perempuan adalah pemimpin, bukan hanya hanya di rumah sebagai pemimpin anak-anaknya, tetapi juga di masyarakat dan negara-bangsa.

Lebih dalam memaknai perempuan dan gender menurut pandangan Nyai Hj. Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid kita sebagai orang Islam tentu pasti tidak akan pernah lupa dengan adanya sebuah kata-kata mutiara yang mengatakan bahwa perempuan adalah tiang negara. Kalau perempuannya baik maka negaranya pun akan baik, kalau perempuannya susah maka negara pun demikian.

Erat kaitannya dengan para pejuang keadilan dan kesetaraan hak-hak perempuan ini adalah orang-orang yang ikhlas, bahkan tidak peduli pada publikasi dan apresiasi, mereka adalah orang-orang yang lebih concern pada keadilan sesama. Banyak aktivitas-aktivitas dan gerakan yang dilakukan oleh beberapa aktivis perempuan yang kemudian hilang begitu saja karena sangat minimnya apresiasi dan sosialisasi dari masyarakat maupun negara. Padahal menurut Nyai Hj. Shinta Nuriyah Abdurrahman Wahid prestasi dan laku juang perempuan semestinya dapat dijadikan role model, sumber inspirasi, pemantik semangat dan keteladanan bagi masyarakat secara umum.

Pada akhirnya, kita sebagai generasi muda yang hidup dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia kiranya hanya bisa berdoa dan mendoakan semoga Ibu Nyai Hj. Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid diberikan kesehatan, panjang umur, dan istiqomah menyapa perempuan-peremluan di Indonesia, baik korban ketidakadilan ataupun para pejuang perempuan ataupun kaum-kaum marjinal dan yang lainnnya, sehingga pada akhirnya mereka semua mendapatkan pendampingan, pengayoman, dan tempat untuk bisa menyampaikan aspirasinya. Dan kita sebagai generasi muda agar selalu kuat menghadapi semua tantangan dan tekanan yang terjadi di masa sekarang ataupun di masa yang akan datang.

Aaamin Yaaa Robbal Alamin

Wallahu A’lam Bish Showwab

Penggerak Komunitas GUSDURian Brebes. Kontributor NU Online Jawa Tengah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *