Social Media

Category: Opini

HomeOpini

Rasisme masih menjadi jargon terkuat untuk menyudutkan kelompok tertentu. Biasanya pelaku rasis menggunakan istilah-istilah yang merendahkan dan cenderung menghina. Hal itu masih sering dijumpai apabila isu politik berkembang dan ada unsur Tionghoa yang terlibat di dalamnya. Masyarakat terdidik mungkin telah memahami bahwa isu-isu seputar Tionghoa kerap dihembuskan dengan tujuan politik identitas. Sentimen kemurnian yang dikampanyekan sebenarnya …

by

Soal kedekatan Gus Dur dengan masyarakat Papua sudah banyak cerita. Bahkan, senior saya Ahmad Suaedy, sudah menyusunnya menjadi karya ilmiah dalam bentuk disertasi dan mengantarkannya menyandang gelar akademik sebagai seorang doktor. Beberapa orang Papua yang datang ke kantor PBNU dan mengadukan nasibnya di depan kursi yang dulu dipakai Gus Dur juga pernah saya saksikan. Namun, di minggu …

by

Totem Pro Parte adalah majas yang mengungkapan keseluruhan objek padahal yang dimaksud hanya sebagian. Misalnya, Indonesia berhasil mengalahkan Malaysia dalam pertandingan sepak takraw di Jakarta. Meskipun pemain sepak takraw hanya 3 orang, namun digunakan kata Indonesia yang seolah dimainkan seluruh rakyat Indonesia. Penggunaan majas totem pro parte begitu memikat banyak orang. Paling menarik adalah narasi …

by

Prof Quraish Shihab memberikan kesaksian atas Gus Dur. Bagaimana sosok Gus Dur di mata ahli tafsir Quran tersebut? Dinasihatkan oleh Rasulullah SAW, kita berkumpul di suatu majelis yang oleh agama dinamai majelis dzikir. Tidak kurang dari 200 kali, kata-kata dzikir terulang di dalam Al-Quran. Objeknya bermacam-macam, salah satu di antaranya adalah berdzikir, merenung, mengingat, menyebut-nyebut …

by

Agak lama saya penasaran. Dalam setiap blusukan di kawasan Borobudur, lalu melewati sebagian wilayah desa ini, saya kerap melihat tembakau yang seolah sedang dijemur. Puncaknya terjadi ketika desa ini menjadi tempat penyelenggaraan BalkonJazz akhir tahun lalu. Karena harus menembus padatnya penonton, saya memblusuk gang antar rumah, dan kagetlah saya karena hampir setiap rumah disesaki dengan …

by

Pandemi adalah refleksi. Kesadaran menyambut lembaran baru di tahun 2021. Ratusan ribu orang di dunia meninggal karena Covid-19, para ulama (kiai dan habaib) juga pergi meninggalkan bingar-bingar keduniaan. Kembali kita diberikan waktu untuk merenung dan menyadari segala dosa-dosa kita. Manusia modern selalu berpikir tentang dirinya, tentang hidupnya. Mereka melalaikan kehidupan sosial, sikap empati, peduli lingkungan, …

by

Hanya dua tahun berkuasa (1999-2001), Presiden Abdurrahman Wahid melakukan 10 perubahan. Sebaliknya, hampir 10 tahun memimpin (2004-2014), Presiden SBY baru menggulirkan dua perubahan. Abdurrahman Wahid—akrab dipanggil Gus Dur—tak menjanjikan perubahan, tetapi tergelincir perubahan-perubahan besar yang ia gerakkan. Sebaliknya, SBY menjanjikan perubahan, tetapi lebih banyak menghindari konflik sehingga perubahan butuh waktu lebih lama. Setiap pemimpin punya …

by

Pada awal terpilihnya Susilo Bambang Yudhoyono sebagai presiden, ia berkomitmen untuk menyelesaikan dan mengawal kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia. Mengambil contoh pembunuhan aktivis HAM Munir, SBY menyebut bahwa kasus pelanggaran kemanusiaan di Indonesia sebagai test of our history. Kini 10 tahun setelah 10 tahun masa jabatannya, SBY dirundung berbagai permasalahan yang berkaitan dengan HAM. Diskriminasi terhadap …

by

Ketika berbicara soal gender dan negara, kita seringkali merujuk negara-negara Barat, seperti Amerika Serikat atau Prancis, sebagai model yang mengadvokasi soal kesetaraan gender dan hak-hak perempuan. Jarang kita dengar negara-negara dengan mayoritas Muslim disebut sebagai negara yang mempromosikan kesetaraan gender, bahkan sebaliknya, negara-negara Muslim seringkali dicitrakan sebagai negara yang anti-hak perempuan dan terbelakang. Jika sesuai …

by

Sepanjang hidupnya, Gus Dur jamak dikenal sebagai seorang tokoh yang lengkap dan berkompetensi di berbagai bidang. Karena itulah, lantas masyarakat menyematkan berbagai macam predikat, seperti ulama, penulis, budayawan, aktivis, politisi, intelektual, dan banyak lagi sematan yang lain. Sematan-sematan itu sudah barang tentu sebuah konsekuensi logis dari kedalaman ilmu dan juga keteladanan pola zikir, pikir, dan …

by